Monday, December 6, 2010

Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Kematian ibu adalah kematian perempuan selama masa kehamilan atau dalam 42 hari setelah persalinan dari setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan karena kecelakaan. Di Negara miskin, sekitar 25-50% kematian perempuan usia subur disebabkan oleh masalah  terkait kehamilan, persalinan dan nifas.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)  tahun 2008 memperkirakan diseluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat  hamil atau bersalin. Artinya, setiap menit ada satu  perempuan  yang meninggal. Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008 mutakhir masih cukup  tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran. Penyebab kematian ibu terbesar (58,1%) adalah perdarahan dan eklampsia.
Menurut profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Angka Kematian Ibu pada tahun 2007 sebesar 20 angka dengan jumlah kelahiran hidup 24.746 orang. Sedangkan berdasarkan laporan puskesmas  jumlah kematian ibu maternal di Kota Semarang pada tahun 2007 sebanyak 20 orang dengan jumlah kelahiran hidup  sebanyak 24.746 orang. Meskipun AKI di Jawa Tengah mengalami penurunan, namun di Kota Semarang sendiri  menunjukkan adanya  peningkatan. Terbukti bahwa Angka Kematian Ibu di Semarang pada tahun 2005 sebesar 115 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Ibu tahun 2006 sebesar 126,6 per 100.000 kelahiran hidup. Disamping itu Angka  Kematian Bayi Baru Lahir di Indonesia  menurut The World Health Report 2005. Adalah  20/1.000 kelahiran hidup. Berarti setiap hari ada  246 bayi  meninggal, setiap jam 10 bayi baru lahir meninggal dan setiap tahun ada 89.770 bayi baru lahir meninggal, berdasarkan hasil survey kesehatan Daerah Angka Kamatian Bayi di Provinsi Jawa Tengah tahun  2007, (SURKESDA) jumlah kematian bayi  yang terjadi di Kota Semarang sebanyak 466 dari 24.746 kelahiran hidup, terdiri dari 226 kematian bayi yang berasal dari laporan  Puskesmas se-kota Semarang dan 240 kematian bayi di tingkat rumah sakit, sehingga didapatkan  Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 18,8 per 1.000 kelahiran hidup.
Data Ikatan Bidan Indonesia (IBI) tahun 2005 menyebutkan penyebab Angka Kematian Ibu (AKI), diantara perdarahan sebanyak 30% komplikasi masa nifas 8% dan penyebab lain-lain 12%.
Di Puskesmas  Halmahera, angka kejadian perdarahan postpartum dari bulan april  2008 sampai bulan  maret 2009, ada 252 persalinan dan Angka Kejadian Perdarahan Posrpartum dengan presentasi (11,4%). Berdasarkan uraian  di atas maka penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan “Manajemen Kebidanan Ibu Nifas dengan Perdarahan Postpartum Pada Ny. N  di Puskesmas Halmahera”

B.      Pembatasan Masalah
1.        Lingkup permasalahan
Permasalahan  pada penulisan KTI ini penulis batasi  pada asuhan ibu nifas dengan  perdarahan post partum pada Ny. N
2.        Lingkup tempat
Penulis mengambil  kasus pada ibu nifas perdarahan post partum di Puskesmas Halmahera Semarang.

C.      Tujuan Penulis
Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, meliputi tujuan umum dan tujuan khusus.
1.        Tujuan umum
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan ibu nifas periode ini dengan perdarahan post partum dengan menerapkan manajemen  Hallen Varney.


2.        Tujuan khusus
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan ibu nifas dengan perdarahan  post partum diharapkan penulis dapat melaksanakan asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen Hallen Varney diantaranya :
a.        Melaksanakan pengkajian pada ibu nifas dengan perdarahan post partum
b.       Melakukan interpretasi data, diagnosa, masalah pada ibu nifas dengan perdarahan post partum kolaborasi atau rujukan
c.        Menentukan diagnosa potensial yang mungkin akan timbul  dpada ibu nifas periode dini dengan  post partum
d.       Melakukan antisipasi tindakan segera apabila timbul diagnosa potensial  pada ibu nifas dengan  perdarahan post partum kolaborasi atau rujukan
e.        Merencanakan tindakan  yang akan dilakukan pada ibu nifas dengan  post partum
f.         Melaksanakan rencana yang telah dibuat pada ibu nifas dengan perdarahan post partum.
g.       Melakukan penilaian evaluasi terhadap asuhan  yang telah dilakukan pada ibu nifas dengan  perdarahan post partum

D.      Metode Penulis dan Teknik Pengumpulan Data
1.        Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan  karya tulis ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penulisan  yang bertujuan untuk membuat  gambaran  tentang suatu  keadaan secara  obyektif (Notoatmodjo, 2002).
2.        Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis  adalah :
a.        Wawancara
Adalah pengumpulan data dimana peneliti mendapatkan keterangan  secara lisan dari responden. Di dalam dunia kesehatan  wawancara sering disebut sebagai anamnesa. Anamnesa dapat dilakukan dengan cara :
1)       Auto Anamnesa
Mengumpulkan data dengan wawancara  langsung kepada klien.
2)       Allo Anamnesa
Pengumpulan data diperoleh  dari keluarga pasien, dokter, bidan yang mengetahui keadaan pasien.
Dalam karya tulis ilmiah  ini penulis menggunakan  teknik wawancara yaitu anamnesa  baik secara auto anamnesa maupun secara allo anamnesa.
b.       Observasi Partisipatif
Cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati perubahan-perubahan pada pasien secara langsung.
Pemeriksaan fisik meliputi :
1)       Inspeksi dalam proses observasi  yang sistematis menggunakan penglihatan.
2)       Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan  luar tubuh dengan jari atau tangan.
3)       Perkusi adalah melakukan ketukan langsung  atau tidak langsung  pada permukaan tubuh  tertentu untuk memastikan  informasi  tentang organ  atau jaringan yang ada di bawahnya.
4)       Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dan tubuh dengan bantuan  (misalnya stetoskop), dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang didengarkan.
c.        Pengumpulan data dan teori dari buku-buku / internet sumber yang dijadikan bahan yang digunakan untuk penulisan masalah.





E.       Sistematika Penulisan
Penulisan studi kasus  ini dibuat dalam 5 bab
BAB        I        PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan teknik pengumpulan data serta sistematika penulisan.
BAB        II       TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang landasan teori medis, landasan teori manajemen Hallen Varney, landasan hukum.
-          Landasan teori medis berisi  tentang pengertian  perdarahan post partum, etiologi, diagnosis, penanganan, pencegahan  post partum.
-          Landasan teori manajemen Hallen Varney berisi tentang  penerapan manajemen Hallen Varney pada kasus perdarahan  post partum yang meliputi pengkajian, merumuskan diagnosa atau masalah potensial, menetapkan kebutuhan  tindakan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi.
-          Landasan hukum berisi tentang  kewenangan dan kompetensi bidan yang terdiri dari tindakan mandiri dan kolaborasi.
BAB        III      TINJAUAN KASUS
Berisi tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perdarahan post partum dengan menggunakan manajemen Hallen Varney.
BAB        IV      PEMBAHASAN
Berisi kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan pelaksanaan asuhan kebidanan  tiap langkah manajemen  Varney dan kompetensi bidan.
BAB        V       PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran
Kesimpulan diperoleh dari hasil asuhan  kebidanan yang dilakukan dan pembahasan.
Saran bersifat operasional dan aplikatif yang ditujukan kepada  tenaga kesehatan, instansi kesehatan dan  masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



BAB II
TINJAUAN TEORI
A.      Landasan teori
1.        Masa Nifas
1.1.       Pengertian masa nifas
Masa nifas ( puerperium ) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. (Saefuddin, 2002: 122).
1.2.       Periode Masa Nifas ( Mochtar, 2005)
1.2.1.       Puerperium dini dimana kepulihan ibu telah diperbolehkan berdiri an berjalan-jalan.
1.2.2.       Puerperium intermedial kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia lamanya  6-8 minggu.
1.2.3.       Remote puerperium yaitu waktu untuk pulih sempurna terutama bila selama hamil atau bersalin mempunyai komplikasi, waktu bisa beminggu-minggu, bulanan, tahunan.
1.3.       Tujuan Asuhan Masa Nifas ( Saefuddin, 2002)
1.3.1.       Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
1.3.2.       Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
1.3.3.       Memberikan pendidikan kesehatan tentang peawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga, menyusui, pemberian kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
1.3.4.       Memberikan keluarga berencana.


1.4.       Fisiologi Nifas ( Mohtar, 1998: 115-117 )
1.4.1.      Involusi alat kandungan
a.        Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil, sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
Tabel : 2.1.
Tinggi fundus dan berat uterus masa involusi
Involusi
Tinggi fundus uteri
Berat uterus
Bayi lahir
Uri lahir

1 minggu

2 minggu

6 minggu
8 minggu

Setinggi pusat
2 jari dibawah pusat
Pertengahan pusat simfisis
Tidak teraba diatas simfisis
Bertambah kecil
Sebesar normal
1000 gram
750 gram

500 gram

350 gram

50 gram
30 gram

Sumber : (Wiknjosastro, Hanifa, 2002)
b.       Servik
Segera setelah postpartum bentuk servik seperti corong. Ini karena korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi sedangkan servik tidak dapat berkontraksi.
c.        Endometrium
Pada hari 1 endometrium tebalnya 2-5, pada hari ke-3 permukaan endometrium mulai rata, regenerasi endometrium memerlukan waktu 2-3 minggu.


d.       Perubahan ligament
Ligament-ligament meregang sewaktu kehamilan dan partus setelah janin berangsur-angsur ciut kembali seperti sediakala.
e.        Lochea
Yaitu perubahan cairan yang dikeluarkan uterus bersifat alkalis, bau anyir dan lebih banyak dari haid.
Macam-macam lochea:
1.        Rubra, hari 1-2, warna merah
2.        Sanguinolent, hari 3-7, warna merah kuning
3.        Serosa, hari 7-14, warna agak kuning
4.        Alba, setelah dua minggu, warna agak putih
1.4.2.         Afterpain
Yaitu rasa sakit pada saat kontraksi yang dialami ibu postpartum 2-4 hari pertama. Pada ibu menyusui bayinya pada umumnya merasakan afterpain karena menyusui perangsang kontraksi uterus. Obat analgetik dapat membantu penurunan rasa nyeri.
1.4.3.           Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar payudara:
a.        Proliferasi jaringan pada kelenjar alveoli dan jaringan lemak bertambah.
b.       Keluarnya cairan susu dari duktus laktiferus disebut colostrum berwana kuning.
c.        Hypervascularisasi pada permukaan dan bagian dalam di mana vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
1.4.4.           Perubahan sistem urinaria
Kadang-kadang wanita megalami sulit kencing karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin pada waktu persalinan dan juga adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.
1.4.5.           Tanda vital
Suhu badan sesudah partus dapat naik 0,5o celcius dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38,00 celcius.
Sesudah 12 jam pertam melahirkan, umumnya suhu badan akan kembali normal. ( Saefuddin, 2002: 240 )
1.4.6.           Perubahan berat badan
Setelah pengeluaran hasil konsepsi berat badan badan berkurang. Berat badan mulai turun sejak hari ke-4 setelah persalinan, perubahan berat badan pasca persalinan lebih dipengaruhi oleh gaya hidup selama dan setelah kehamilan. (Coad, 2006:311)
2.        Program dan kebijakan
Pada masa nifas program ini dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan  bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. (Saefuddin, 2002 : 123).
2.1.     Kunjungan I (6 – 8 jam setelah persalinan)
Tujuan
2.1.1.        Mencegah perdarahan  masa nifas karena atonia uteri
2.1.2.        Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk bila perdarahan berlanjut
2.1.3.        Memberikan konseling pada ibu  atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2.1.4.        Pemberian ASI awal
2.1.5.        Melakukan hubungan antara ibu dan bayi  baru lahir
2.1.6.        Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia
Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal  dengan ibu dan bayi baru lahir untuk  2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu  dan bayi dalam keadaan stabil.


2.2.     Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
2.2.1.        Memastikan involusi uterus untuk perjalanan normal uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2.2.2.        Menilai adanya tanda-tanda demam. Infeksi atau perdarahan abnormal.
2.2.3.        Memastikan ibu mendapatkan  cukup makanan, cairan dan istirahat.
2.2.4.        Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
2.2.5.        Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan  pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
2.3.     Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
Pada kunjungan 2 minggu setelah persalinan pemantauan dan pemeriksaan sama seperti  6 hari setelah persalinan.
2.4.     Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
2.4.1.          Menanyakan pada ibu  tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami.
2.4.2.          Memberikan konseling untuk KB secara dini.
3.        Perdarahan Postpartum
3.1.      Perdarahan Postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 – 600 ml dalam  masa 24 jam setelah anak lahir. (Saefuddin, 2002 : 2002 M - 25).
3.2.      Perdarahan Pasca persalinan adalah perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin (Saifuddin, 2002 : 2002 : M – 25).
4.        Klasifikasi perdarahan post partum
4.1.      Perdarahan post partum primer
Perdarahan yang terjadi selama 24 jam setelah persalinan.
4.2.      Perdarahan postpartum sekunder
Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam persalinan.
5.        Etiologi perdarahan postpartum (Saefuddin, 2002).
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah :
5.1.       Atonia Uteri
Atonia uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi dengan baik. Dalam persalinan pembuluh darah yang mengakibatkan pembuluh darah yang melebar, bila terjadi atonia uteri akan mengakibatkan pembuluh darah yang melebar tidak dapat tertutup, sehingga dapat menimbulkan perdarahan.
5.2.       Retensio Plasenta
Retensio plasneta adalah plasenta yang dilakukan secara manual mempunyai beberapa komplikasi diantaranya masih ada sebagian dari sisa plasenta yang tidak bisa dilahirkan, sehingga akan menganggu kontraksi otot rahim yang dapat menimbulkan perdarahan.
5.3.       Sisa Plasenta
Sisa plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta lahir tidak  lengkap atau tertinggalnya sebagian dari plasenta.
 Sewaktu sebagian  dari plasenta tertinggal  maka uterus tidak dapat berkontraksi  secara efektif  yang menyebabkan pembuluh-pembuluh darah  yang terbuka tidak dapat tertutup dan akhirnya dapat menimbulkan perdarahan.
5.4.       Laserasi jalan lahir
Laserasi jalan lahir adalah perlukaan yang terjadi  pada vagina, serviks dan perineum.
Laserasi jalan lahir dapat menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh – pembuluh  darah yang terjadi  pada perlukaan tersebut.
5.5.       Kelainan darah
Kelainan darah adalah kelainan yang terjadi pada sistem pembekuan darah.
Kelainan darah dapat menyebabkan perdarahan karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah sehingga perdarahan sulit berhenti yang dapat mengakibatkan perdarahan.
6.        Predisposisi (Sarwono, 2007)
Hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan yaitu :
6.1.       Riwayat persalinan yang kurang baik
6.1.1.         Riwayat perdarahan pada persalinan terdahulu
6.1.2.         Grandemultipara
6.1.3.         Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari 2 tahun)
6.2.       Hasil pemeriksaan waktu bersalin
6.2.1.         Persalinan kala II yang terlalu cepat
6.2.2.         Uterus terlalu teregang misalnya pada hidramnion kehamilan kembar, bayi besar.
6.2.3.         Uterus yang kelelahan, persalinan lama
6.2.4.         Uterus yang lembek
7.        Gambaran klinis
Kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (>500 ml) nadi dan pernafasan cepat, pucat, lochea berwarna merah, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin dan dapat terjadi syok.
Tanda dan gejala syok (Saifuddin, 2002 : M – 1)
7.1.      Nadi cepat dan lemah (110 kali per menit)
7.2.      Tekanan darah yang rendah (Sistolik kurang dari 90 mmHg)
7.3.      Pucat (Khususnya pada kelopak mata bagian dalam, telapak tangan atau sekitar mulut
7.4.      Keringat atau kulit yang  terasa dingin dan lembab
7.5.      Pernafasan yang cepat (30 x/menit atau lebih)
7.6.      Gelisah, bingung atau hilangnya kesadaran
7.7.      Urin yang sedikit  kurang dari 30 ml/jam


8.        Macam-macam syok :
8.1     Syok hipovolemik, seperti syok karena perdarahan, karena dehidrasi
8.2  Syok septic, karena infeksi
8.3  Syok kardiogenik, karena kegagalan jantung
8.4  Syok anafilaktik, karena alergi
8.5  Syok neurogenik, karena rangsangan luar biasa pada urat saraf
8.6  Syok obstruktif, karena hambatan pengaliran darah kejantung

9.        Penatalaksanaan
Untuk menangani perdarahan postpartum harus dicari terlebih dahulu penyebab perdarahan baru dilakukan penanganan sesuai  dengan penyebab perdarahan.
9.1.        Mencari penyebab perdarahan postpartum (Sarwono, 2007)
Cara untuk mencari penyebab perdarahan post partum dengan melakukan pemeriksaan yang meliputi :
9.1.1.           Palpasi
Untuk mengetahui bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri apakah normal atau tidak.
9.1.2.           Periksa plasenta
Untuk memastikan kelengkapan plasenta dan memastikan tidak ada bagian dari plasenta  yang tertinggal
9.1.3.           Explorasi kavum uteri
Jika dari pemeriksaan plasenta didapatkan masih ada kotiledon atau selaput plasenta yang belum lahir lengkap, maka dilakukan eksplorasi kavum  uteri.
9.1.4.           Inspekulo
Untuk melihat robekan  pada serviks atau vagina.
9.1.5.           Pemeriksaan laboratorium
Untuk memeriksa hemoglobin dan kelainan pembekuan darah.

9.2.        Penanganan perdarahan postpartum sesuai dengan penyebabnya
9.2.1.           Atonia Uteri
Pada atonia uteri uterus tidak mengadakan  kontraksi dengan baik sehingga dapat menimbulkan perdarahan penanganan pada atonia uteri (Sarwono, 2007 : 191)
a.        Pertama-tama dapat diberikan obat-obatan yang dapat menimbulkan kontraksi uterus seperti oksitosin atau pemberian obat-obatan golongan  metergin secara intravena  atau intramuskuler disamping pemberian obat ini  dapat dilakukan masase uterus melalui dinding abdomen.
b.       Bila perdarahan masih tetap berlangsung dapat dilakukan kompresi  bimanual uterus dengan cara  tangan yang satu dimasukkan  dalam vagina dan digenggamkan, uterus ditekan antara  tangan yang berada di vagina dan tangan yang luar.
9.2.2.           Retensio plasenta
Pada retensio plasenta ditemukan plasenta tidak lahir setelah 30 menit setelah bayi lahir.
Penanganan pada retensio plasenta (Wirakusumah, 2004 : 175).
Teknik pelepasan plasenta secara manual :
a.        Vulva dibersihkan begitu pula tangan dan lengan bawah si penolong.
b.       Setelah tangan memakai sarung tangan. Labia di buka dan tangan kanan masuk  secara obstetrik ke dalam vagina.
c.        Tangan di luar menahan fundus uteri dan tangan dalam menyusuri tali pusat, yang sedapat-dapatnya diregangkan oleh asisten.
d.       Setelah tangan dalam sampai ke plasenta tangan mencari pinggir plasenta dan sedapat-dapatnya mencari pinggir yang sudah terlepas.
e.        Kemudian dengan sisi tangan sebelah kelingking, plasenta dilepaskan antara bagian plasenta yang sudah terlepas dari dinding rahim dengan gerakan  yang sejajar dinding rahim.
f.         Setelah plasenta terlepas seluruhnya, plasenta dipegang dan dengan perlahan-lahan ditarik keluar.
9.2.3.           Sisa plasenta
Setelah pelepasan plasenta selalu terjadi perdarahan, karena tempat insersi  pada dinding uterus terbuka, biasanya perdarahan tidak banyak, sebab dengan adanya kontraksi uterus akan menekan pembuluh darah yang terbuka,tetapi bila  masih ada sisa plasenta yang tertinggal seperti kotiledon dapat menghadapi kontraksi  uterus, sehingga pembuluh darah tetap terbuka dan akhirnya menimbulkan perdarahan (Saifuddin, 2002 : 653)
a.        Gejala dari sisa plasenta (Saifuddin, 2002 : M – 27)
1)       Gejala dan tanda  yang selalu ada
-          Plasenta atau sebagian selaput tidak lengkap
-          Perdarahan segera
2)       Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada uterus berkontraksi, tetapi tinggi fundus tidak berkurang
b.       Penanganan terhadap sisa plasenta (Saifuddin, 2002 : M – 31)
1)       Ekplorasi manual uterus
Digunakan untuk mencari sisa plasenta dengan  cara tangan masuk secara obstetric kemudian sisa plasenta dilepaskan dan dikeluarkan.

2)       Kuretase
Merupakan serangkaian proses dengan menggunakan instrument dengan tujuan mengeluarkan  jaringan atau  melepas jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri dengan cara mengerok jaringan tersebut secara sistematis.
Kuretase dilakukan jika serviks hanya dapat dilalui dengan instrument dan amsih ada sisa plasenta yang agak melekat.
3)       Bila kadar hemoglobin < 8,9% berikan tranfusi darah bila kadar  hemoglobin >  8,9% berikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari.
9.2.4.           Laserasi jalan lahir
Pada perdarahan post partum yang disebabkan karena laserasi jalan lahir pada pemeriksaan uterus berkontraksi baik, plasenta lahir lengkap dan darah segar yang mengalir segera  setelah bayi lahir.
Penanganan (Saefuddin, 2002 : M – 27)
a.        Lakukan inspeksi yang di teliti dibawah sinar yang terang untuk melihat laserasi jalan lahir.
b.       Bila ditemukan adanya laserasi jalan lahir segera dilakukan penjahitan.
9.2.5.           Kelainan darah
Seringkali perdarahan post partum yang persisten adalah akibat dari kelainan  gangguan pembekuan darah.
Penanganan (Sarwono, 2007 : 194).
Umumnya dapat diatasi dengan pemberian tranfusi darah.
10.     Pengelolaan perdarahan post partum
Ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam menolong perdarahan (Mochtar, 2005).

10.1.     Penghentian perdarahan
10.2.     Jaga jangan sampai timbul syok
10.3.     Penggantian darah yang hilang
Komplikasi yang terjadi bila terjadi  perdarahan
-          Infeksi
-          Syok



B.      Landasan Teori Manajemen Varney
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas periode dini dengan perdarahan post partum primer sisa plasenta, penulis menerapkan teori manajemen kebidanan  Varney. Menurut Varney proses  manajemen  terdiri dari 7 langkah (Simatupang, 2003 : 10 – 13). Ketujuh langkah tersebut yaitu :
I.             Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap.
II.           Interpretasi data
Melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa nomenklatur atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
III.         Identifikasi Diagnosa Potensial/Masalah Potensial  
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial yang muncul pada kasus.
IV.         Antisipasi Kebutuhan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera untuk menangani diagnosa /masalah potensial yang muncul oleh bidan atau dokter  untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
V.           Intervensi
Merencanakan asuhan yang menyeluruh. Ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
VI.         Implementasi
Melakukan asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisisen dan aman.
VII.       Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi dari rencana asuhan yang diberikan keefektifan evaluasi dari rencana asuhan yang telah diberikan apakah dapat mengatasi diagnosa, masalah dan kebutuhan pasien. Atau tidak jika rencana tidak efektif perlu diulang dari awal melalui proses manajemen, mengidentifikasi penyebab dan melalui pembenahan dalam bentuk data perkembangan. Dan kita juga harus mengevaluasi masalah/diagnosa potensial yang mungkin muncul dengan  antisipasi kebutuhan segera yang mengalami syok  dilakukan pasang infuse dan pantau keadaan umum ibu. Evaluasinya diharapkan ibu setelah  diberikan cairan infuse  maka keadaan ibu semakin baik.

Penerapan teori managemen Varney pada ibu nifas periode dini dengan perdarahan postpartum.
I.               Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan berdasarkan klien  yang berkaitan pada ibu nifas periode dini dengan perdarahan postpartum primer sisa plasenta.
Pengkajian di fokuskan pada :
A.      Data Subyektif
1.        Biodata
1.1.       Nama
Ditanyakan agar kita bisa memanggil atau mengenal pasien
1.2.       Umur
Ditanyakan untuk mengetahui keadaan ibu apakah termasuk dalam resiko tinggi atau tidak.
1.3.       Pekerjaan
Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi ibu agar pemberian nasehat nantinya bisa sesuai.
1.4.       Alamat
Ditanyakan untuk mengetahui tempat tinggal pasien, sehingga menjaga kemungkinan bila ada pasien yang namanya sama tidak akan keliru dalam memberikan pelayanan.


2.        Keluhan pasien
Keluhan utama yang dirasakan  pada pasien dengan perdarahan post partum karena sisa plasenta adalah adanya perdarahan banyak dari jalan lahir dan ibu merasa lemas.
3.        Riwayat kesehatan
3.1.   Riwayat kesehatan dahulu
Apakah penderita pernah mondok di rumah sakit, serta apakah penderita pernah  mengalami perdarahan.
3.2.   Riwayat kesehatan sekarang
Ditujukan pada keadaan pasien yang sangat mempengaruhi proses nifas yaitu perdarahan karena sisa plasenta.
3.3.   Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji mengenai apakah dalam keluarga pasien ada riwayat penyakit keturunan seperti : Hipertensi, Jantung dan lain-lain.
Penyakit menular seperti : AIDS,TBC dan lain-lain
Dan adakah riwayat kembar dan cacat bawaan.
4.        Riwayat perkawinan
Berhubungan dengan usia ibu waktu menikah dan lama perkawinan, untuk mengetahui adanya riwayat infertilitas.
5.        Riwayat obstetri
5.1.       Haid
Di kaji untuk umur manarche, siklus, lama, jumlah, darah haid dan keluhan selama haid.
5.2.       Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu
Di kaji untuk mengetahui penyebab perdarahan maka dapat pula terjadi saat ini.
5.3.       Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui keadaan saat hamil, apakah ada gangguan misalnya anemia  waktu  hamil. 


5.4.       Riwayat persalinan sekarang
Dikaji untuk mengetahui perjalanan persalinan sehingga dapat diketahui kenapa terjadi perdarahan post partum karena sisa plasenta.
6.        Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui penggunaan alat kontrasepsi, lama pemakaian sehingga mengetahui jarak antara kehamilan.
7.        Pola pemenuhan kebutuhan
7.1.       Pola nutrisi
Untuk mengetahui kualitas makanan dan apakah sudah mengkonsumsi gizi yang seimbang.
7.2.       Pola eliminasi
Untuk mengetahui waktu terakhir  ibu buang air kecil atau buang air besar dan keluhan saat buang air kecil atau buang air besar
7.3.       Pola aktivitas
Untuk mengetahui perkembangan ibu apakah sudah bisa melakukan mobilisasi.
7.4.       Pola psikologis
Untuk melihat keadaan psikologis ibu setelah melahirkan penerimaan terhadap keadaannya sekarang yang di dukung oleh  perhatian suami dan keluarga.

B.       Data Obyektif
1.        Pemeriksaan Umum
Keadaan umum, tingkat kesadaran, tekanan darah,  nadi, suhu, pernapasan.


2.        Status Present
Ditujukan pada keadaan anemia berhubungan dengan terjadinya perdarahan, yaitu :
-          Mata                                :     kunjungtiva pucat
-          Sklera                              :     tidak ikterik.
-          Ekstremitas atas            :     simetris, tidak oedema, kuku bersih tidak pucat
-          Ekstremitas bawah        :     simetris, tidak edema, tidak vasises, kuku bersih tidak pucat
3.        Status Obstetricus
a.        Abdomen
Pada perdarahan postpartum pada palpasi uterus lemah dan fundus uteri setinggi pusat.
b.       Genetalia
Pada perdarahan postpartum harus diperhatikan beberapa banyak darah yang keluar dan memeriksa adanya laserasi.
4.        Data penunjang
a.        Pemeriksaan haemoglobin (Hb)
Untuk mengetahui kadar haemoglobin berkaitan dengan perdarahan.
b.       Pemeriksaan golongan darah
Untuk mengetahui jenis golongan darah pasien bila memerlukan tranfusi.

II.             Interpretasi Data
1.        Diagnosa Nomenklatur
Diagnosa yang dapat di tegakkan adalah diagnosa yang berhubungan dengan Gravid, Para, Abortus, umur ibu dan perdarahan post partum dengan :  
a.        Pernyataan pasien tentang jumlah kehamilan
b.       Pernyataan pasien tentang jumlah persalinan
c.        Pernyataan pasien apakah  pernah abortus
d.       Pernyataan pasien tentang  umur
e.        Riwayat persalinan pada pemeriksaan plasenta dan disertai perdarahan  pada 24 jam pertama
f.         Hasil palpasi, yaitu  Tinggi Fundus Uteri dan kontraksi uterus
g.       Volume keluarnya darah dari vagina
2.        Masalah  
Permasalahan akan muncul berdasarkan pernyataan pasien sehubungan dengan keadaannya.
3.        Kebutuhan
Kebutuhan akan muncul dari hasil pengkajian bidan dimana pasien tidak mempermasalahkan tetapi bidan menilai pasien memerlukan.
Dasar : didapatkan dari hasil pengkajian bidan.

III.           Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Diagnosa atau  masalah potensial yang muncul antara lain :
1.        Syok
2.        Infeksi

IV.           Antisipasi Kebutuhan Segera
Tindakan antisipasi kebutuhan segera yang harus dilakukan adalah :
1.        Pasang infus
2.        Pantau dengan cermat  tanda-tanda vital setiap 15 menit
3.        Selimuti ibu  jaga ibu tetap  hangat
4.        Naikkan kedua kaki ibu  untuk meningkatkan aliran  darah ke jantung

V.             Intervensi
Dibuat berdasarkan diagnosa nomenklatur yang muncul,  membantu pasien mengatasi masalah yang muncul pada ibu nifas dengan perdarahan sisa plasenta meliputi :
1.        Awasi keadaan umum, tanda-tanda vital dan perdarahan pervaginam
2.        Beri penjelasan  tentang keadaan ibu saat ini
3.        Motivasi ibu agar tidak cemas akan terjadi perdarahan lagi
4.        Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan terapi

VI.           Implementasi
Dilaksanakan sesuai perencanaan yang telah dibuat, diarahkan pada diagnosa masalah dan kebutuhan.

VII.         Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi dari rencana asuhan yang diberikan keefektifan evaluasi dari rencana asuhan yang telah diberikan apakah dapat mengatasi diagnosa, masalah dan kebutuhan pasien. Atau tidak jika rencana tidak efektif perlu diulang dari awal melalui proses manajemen, mengidentifikasi penyebab dan melalui pembenahan dalam bentuk data perkembangan. Dan kita juga harus mengevaluasi masalah/diagnosa potensial yang mungkin muncul dengan  antisipasi kebutuhan segera yang mengalami syok  dilakukan pasang infuse dan pantau keadaan umum ibu. Evaluasinya diharapkan ibu setelah  diberikan cairan infuse  maka keadaan ibu semakin baik.

C.      Landasan Hukum
Landasan hukum berisi tentang kewenangan bidan dan kompetensi  bidan
1.        Kewenangan bidan
Menurut Kepmenkes nomor 900/MENKES/SK/VII/2002. BAB V tentang wewenang bidan dalam memberikan pelayanan  yang meliputi.
Pasal 15 ayat (2)
Pelayanan kepada ibu diberikan  pada masa pranikah, prahamil, masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas, menyusui dan masa antara (periode interval)


Pasal 16 ayat (1)
b. Pertolongan persalinan abnormal, yang mencakup letak sungsang, partus macet kepala didasar panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan postpartum, laserasi jalan lahir distosia karena inersia uteri primer, pos term dan pre tem.

Pasal 18
Tentang pemberian pelayanan oleh bidan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 berwenang untuk :
i.  Pemberian infus
j.  Pemberian suntikan intramuskuler uterotonika, antibiotika, sedative

2.        Kompetensi bidan
Pada kompetensi 5 : Asuhan pada ibu nifas dan menyusui
a.        Pengetahuan dasar point 10
Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya perdarahan pervaginam menetap, sisa plasenta, renjatan (syok) dan pre eklampsia postpartum
b.       Keterampilan dasar point 10
Penatalaksanaan ibu postpartum abnormal : sisa plasenta, renjatan dan infeksi ringan.
Standar pelayanan kebidanan
Standar 21 : Penanganan perdarahan postpartum primer
1)       Tujuan
Mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawatdaruratan yang tepat pada ibu yang mengalami perdarahan postpartum primer.
2)       Pernyataan standar
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan untuk mengendalikan perdarahan.
3)       Prasyarat
a)       Bidan terlatih dan terampil dalam menangani perdarahan postpartum termasuk pemberian obat oksitosika dan cairan Intra Vena (IV), kompresi uterus bimanual.
b)       Tersedianya peralatan atau perlengkapan penting yang diperlukan dalam kondisi Desinfektan Tingkat Tinggi  (DTT) atau steril, misalnya alat untuk penjahitan, benang  jahit, set infus dengan jarum, alat suntik sekali pakai cairan Intra Vena (IV), sarung tangan, kateter urine dari karet, dalam keadaan siap pakai.
c)       Tersedianya obat antibiotika dan oksitosika (oksitosin dan metergin) serta tempat penyimpanan  yang memadai.
d)       Tersedianya sarana pencatatan : Kartu ibu, Partograf.
e)       Tersedianya transportasi  untuk merujuk ibu direncnakan
f)        Sistem rujukan yang efektif untuk perawatan kegawatdaruratan obstetrik dan fasilitas bank darah berfungsi dengan baik untuk merawat ibu yang mengalami perdarahan post partum.
3.        Peran dan Fungsi Bidan
Dalam kasus ini peran bidan sebagai pelaksana yaitu bidan melakukan juga rujukan dalam menangani ibu nifas periode dini dengan perdarahan post partum primer dengan sisa plasenta yang terdapat dalam point dan tentang tugas rujukan yang bunyinya memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas dengan penyulit tertentu dengan kegawat daruratan dengan melibatkan klien dan keluarga.
Tugas rujukan meliputi :
a.          Mengkaji adanya penyulit dan keadaan kegawatan pada ibu dalam masa nifas yang memerlukan konsultasi rujukan.
b.          Menentukan diagnosa
c.          Memberikan pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan
d.          Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas atau institusi pelayanan kesehatan yang berwenang
e.          Membuat catatan dan laporan serta mndokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi yang sudah diberikan.

























BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS
DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM PRIMER PADA Ny. N
DI PUSKESMAS HALMAHERA
SEMARANG

I.           Pengkajian
Dilaksanakan pada
Tanggal / jam    : 17 April 2009 / 02.00 WIB
Tempat                         : Puskesmas Halmahera Semarang
A.        Data Subjektif
1.          Biodata
1.1       Biodata Pasien
Nama                                : Ny. N
Umur                                : 26 tahun
Agama                              : Islam
Suku / Bangsa                 : Jawa / Indonesia
Pendidikan       : SMP
Pekerjaan     : Ibu Tidak Bekerja
No. RM                            : 5643139
Alamat                              : Jl. Sendangguwo RT. 6/10 No. 51
                                            Semarang
1.2       Biodata penanggung jawab
Nama                                : Tn. A
Umur                                 : 28 tahun
Agama                              : Islam
Suku / Bangsa                 : Jawa / Indonesia
Pendidikan                       : SMA
Pekerjaan         : Swasta
Alamat                              : Jl. Sendangguwo Rt. 6/10 No. 51 Semarang
2.          Keluhan Utama
Ibu menyatakan kepalanya pusing
3.          Riwayat Kesehatan
3.1       Riwayat kesehatan dahulu
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti :TBC, hepatitis, HIV/AIDS, penyakit keturunan seperti : DM, hipertensi, jantung.
3.2       Riwayat kesehatan sekarang
Ibu tidak sedang menderita penyakit menular seperti : TBC, hepatitis, HIV / AIDS, penyakit keturunan seperti : DM, hjipertensi, jantung.
Ibu tidak pernah dirawat di Rumah Sakit.
3.3       Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti : TBC, hepatitis, HIV / AIDS, penyakit keturunan seperti : DM, hipertensi, HIV / AIDS tidak ada riwayat kembar dan cacat bawaan.
4.          Riwayat perkawinan
Menikah usia 20 tahun
Menikah 1 kali
Lama menikah 6 tahun
5.          Riwayat Obstetri
5.1       Riwayat menstruasi
Menarche                        : 14 tahun
Pedarahan                        : sedang ( 1 kotek penuh)
Dysmenorhea : ada pada hari pertama
Flour albus                      : tidak ada
HPHT                               : 12 Juli 2008
HPL                                   : 19 April 2009


5.2       Riwayat kehamilan
Umur kehamilan menurut pasien 9 bulan
Periksa hamil 5 kali di bidan mendapat tablet Fe dan multivitamin, imunisasi TT 2 kali.
6.          Riwayat KB
6.1       Ibu pernah menggunakan KB
6.2       Jenis KB yang digunakan KB suntik 3 bulan
6.3       Lama menggunakan KB suntik 2,5 tahun ( dari tahun 2005-2007)
6.4       Alasan berhenti karena ingin mempunyai anaka lagi
6.5       Alasan mudah dan harganya terjangkau
7.          Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
7.1       Pola nutrisi
Sebelum inpartu  :      makan 3 kali sehari ( nasi, sayur, lauk pauk, buah) minum 7-8 gelas / hari.
Selama inpartu            :     makan 3 kali sehari, sayur, lauk pauk, buah)
                                            Minum air putih 6-7 gelas / hari.
7.2       Pola eliminasi
Sebelum inpartu   :     BAB 1 kali/hari/konsistensi lembek, BAK 5-6 kali sehari
Selama inpartu             :    BAB belum dan BAK 2-3 kali.
7.3       Pola aktivitas
Sebelum inpartu          :    Ibu sebagai ibu rumah tangga mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri dibantu suami.
Selama inpartu             :    Ibu mulai miring ke kanan dan ke kiri duduk, jalan ke kamar mandi
7.4       Pola istirahat
Sebelum inpartu          :    tidur siang 2 jam/hari dan tidur malam 7-8 jaibu tidak bias tidur siang dan tidur malam 4-5 jam/hari
7.5       Personal hygiene
Sebelum inpartu         :     mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari ganti baju 2 kali shari
Selama inpartu             :    ibu disibin oleh perawat pagi dan sore
7.6       Pola seksual
Sebelum inpartu          :    1 kali seminggu
Selama inpartu             :    tidak melakukan
8.          Psikososial spiritual
8.1       Tanggapan ibu terhadap keadaannya sekarang
Ibu merasa takut dengan perdarahan yang dialami sekarang
8.2       Respon keluarga terhadap keadaan ibu
Keluarga sangat mengkhawatirkan keadaan ibu
8.3       Ketaatan beribadah
Ibu belum bisa menjalankan ibadah
8.4       Pengambilan keputusan
Dilakukan secara musyawarah
8.5       Pemecahan masalah
Jika menghadapi permasalahan ibu dan suaminya sering meminta pendapat dari kedua orang tua
8.6       Lingkungan
Ibu sedang berada di puskesmas dengan pasien lainnya

B.         Data Objektif
1.          Pemeriksaan umum
1.1       Keadaan umum
Kesadaran : baik / komposmentis
1.2       Tanda-tanda vital
TD             : 110/70 mmHg
S                 : 36,7ºC
N                : 88x/menit
RR              : 20 x/menit
2.          Pemeriksaan status present
2.1       Kepala : Mesochepal
a.          Rambut     :     hitam lurus, bersih, tidak rontok
b.          Mata         :     konjungtiva pucat, sclera tidak ikterik
c.          Hidung     :     bersih tidak ada polip
d.          Mulut        :     bersih tidak kering, gigi tidak caries, rongga mulut bersih
e.          Telinga     :     bersih, simetris, tidak ada cairan yang keluar
f.           Muka        :     agak pucat dan tidak edema
2.2       Leher                  :     tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
2.3        Ketiak                :     tidak ada pembesaran kelenjar limfa
2.4        Dada                  :     simetris, tidak ada benjolan
2.5        Mammae           :     simetris, tidak ada benjolan
2.6        Abdomen          :     tidak ada luka bekas operasi dan tidak ada nyeri tekan pada hepar dan gaster
2.7        Ekstremitas atas dan bawah : tidak ada edema, tidak varises, kuku bersih
2.8        Genetalia           :     tidak ada tanda-tanda penyakit menular seksual
2.9        Anus                 :     tidak ada hemoroid
2.10     Tulang belakang : tidak skoliosis, tidak kiposis dan lordosis
3.          Satus Obstetri
3.1       Inspeksi 
Muka                  :     tidak edema, tidak ada cloasmagravidarum
Mammae            :     areola menghitam, kelenjar Montgomery terlihat, putting susu menonjol, colostrums belum keluar
Genetalia:
3.2       Palpasi
                                      a.       Leopold I
TFU 3  jari di bawah procecus xypoideus
Bagian atas teraba besar, lunak dan tidak melenting (bokong janin)
                                      b.      Leopold II
Sebelah kanan teraba tahanan keras yang memanjang           ( punggung janin)
Sebelah kiri teraba bagian-bagian kecil janin (ekstremitas janin)
                                      c.       Leopold III
Bagian bawah teraba bulat, keras, dan tidak dapat digoyang (kepala)
                                      d.      Leopold IV
Tangan tidak bertemu / divergen sudah masuk PAP
                            3.3    Auskultasi
                                      DJJ             : 12-12-12=144 x/menit
                            3.4    Vagina Toucher (VT) jam 02.00 WIB
*       Pembukaan            : 5 cm
*       Efficcement            : 50 %
*       Porsio                     : tipis
*       Kulit ketuban         : belum pecah
*       Presentasi              : kepala turun H II/III
*       UUK depan kepala sudah turun 2/5
                   4.      Pemeriksaan penunjang
                            Tidak dilakukan

I.           Pengkajian II
Pada tanggal 17 April 2009 Jam 05.00 Wib
Ibu ingin meneran karena adanya tekanan pada anus
Pembukaan lengkap
Pada Jam 05.00 Wib bayi lahir spontan
Jenis kelamin perempuan, BB= 2800 gram, PB  = 48 cm, LK =29 cm, LD =28 cm, LLA =2cm,AS =9-10-10

I.           Pengkajian III
Dilaksanakan pada :
Tanggal    : 17 April 2009
Jam   : 05.05 WIB

A.        Data subjektif
Keluhan : lelah, mules, lemas, dan ibu merasa kelelahan

B.         Data objektif
Plasenta belum lahir
TFU setinggi tali pusat
Tali pusat terlihat di depan vulva

II.         Merumuskan Diagnosa  Nomenklatur
1.          Diagnose nomenklatur
Ny. N,P2A0 usia 26 tahun. inpartu kala III
2.          Masalah
Tidak ada

III.       Mengantisipasi Diagnosa / Masalah Potensial
Tidak terdapat masalah potensial

IV.      Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera
Tidak dilakukan

V.        Intervensi
1.          Pastikan janin tunggal
2.          Beritahu ibu jika akan disuntik oksitosin
3.          Lakukan penegangan tali pusat terkendali
4.          Keluarkan plasenta
5.          Lakukan masase uterus

VI.      Implementasi jam 05.05 wib
1.          Memastikan janin tunggal
2.          Memberitahu ibu jika akan disuntik oksitosin
Dalam pemberian suntik oksitosin segera setelah bayi lahir. Oksitosin 10 unit IM dari 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar setelah diaspirasi terlebih dahulu.
3.          Melakukan peregangan tali pusat terkendali
a.          Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
b.         Meletakkan tangan kiri di atas symfisis untuk menahan bagian bawah uterus dan lakukan dorso cranial.
4.          Mengeluarkan plasenta
a.          Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk sedikit meneran sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas.
b.         Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.
c.          Setelah plasenta lahir di introitus vagina melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta searah jarum jam hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut dan perlahan melahirkan selaput ketuban.
5.          Melakukan masase uterus
Meletakkan telapak tangan di fundus uteri dan melakukan masase dengan gerakan melingkar (sirkuler) dengan lembut sampai uterus berkontraksi dengan baik ( teraba keras).
6.          Periksa plasenta
7.          Setelah plasenta lahir ternyata masih ada sisa plasenta yang tertinggal didalam rahim


VII.    Evaluasi
Dilaksanakan pada :
Tanggal                       : 17 April 2009
Jam                       : 05.05 WIB
Plasenta lahir jam : 05.05 WIB

1.          Ukuran                                : 2x20x20 cm
2.          Insersi                                 : marginalis
3.          Bentuk                                : cakram
4.          Berat                                    : 500 gram
5.          Kotiledon                           : tidak lengkap
6.          Sel amnion                          : lengkap
7.          Sel korion                           : lengkap
8.          Kontraksi uterus               : lemah
9.          Panjang tali pusat      : 60 cm
10.       Kontraksi lembek
11.       Perdarahan 500 cc dan tidak terdapat robekan perineum.














I.           Pengkajian IV
Dilaksanakan pada :
Tanggal    : 17 April 2009
Jam   : 05.10 WIB

A.        Data subjektif
Ibu merasa kelelahan
  
B.         Data Objektif
Pemeriksaan fisik
a.          Keadaan umum              : lemah
b.         Kesadaran                      : komposmentis
c.          Tanda-tanda vital    :
Tensi                               : 100/60 mmHg
Nadi                                 : 96 x/menit
Suhu                                : 36 0C
RR                                    : 24 x/menit
Status obstetric
-            Inspeksi
      PPV 500 cc warna merah segar
-            Palpasi
      Uterus lembek, tidak teraba TFU
-            Kotiledon tidak lengkap

II.         Merumuskan Diagnosa
1.          Diagnose nomenklatur
Ny. N,P2A0 usia 26 tahun..
Inpartu kala IV dengan perdarahan post partum primer dengan sisa plasenta.
2.          Masalah
Ibu merasa lemas
Dasar
Ibu merasa badannya lemas

III.       Mengantisipasi Diagnosa / Masalah Potensial
Diagnose potensial             : syok hemoragik dan syok hipovolemik.
Dasar                                     : Tindakan antisipasi yang harus dilakukan
·            Menyiapkan cairan infuse untuk memperbaiki keadaan umum pasien
·            Menyiapkan obat uterotonika untuk kontraksi uterus agar lebih baik
·            Menyiapkan darah untuk mengganti cairan darah yang terlalu banyak yang keluar

IV.      Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera
1.          Memasang infuse RL dengan tetesan cepat
2.          Memberikan 1 ampul oksitosin secara intravena
3.          Melakukan eksplorasi jalan lahir agar sisa plasenta dapat lahir

V.        Intervensi
1.          Monitor KU, TTV, kontraksi uterus dan PPV untuk mengetahui kondisi ibu
2.          Atur tetesan infuse
3.          Ajarkan ibu memasase uterus untuk merangsang kontraksi

VI.      Implementasi
Tanggal    : 17 April 2009 
Jam   : 05.15 WIB
1.          Mengawasi keadaan umum, tanda-tanda vital, kontraksi uterus, pengeluaran pervaginam dan beritahukan hasilnya pada ibu
2.          Mengatur tetesan infuse
3.          Menjaga kehangatan dengan menyelimuti ibu untuk mencegah hipotermi
4.          Mengajarkan ibu memasase uterus untuk merangsang kontraksi bila tidak terjadi kontraksi ( perut ibu tidak merasa mules)
VII.    Evaluasi
Dilaksanakan pada :
Tanggal    : 17 April 2009
Jam   : 05.30 WIB
1.         Telah dilakukan pengawasan umum, tanda-tanda vital. Kontraksi uterus, pengeluaran pervaginam dan ibu telah diberitahukan hasilnya
Keadaan umum                          : baik
Kesadaran                                  : komposmentis
Tanda-tanda vital                     
Tensi                                           : 110 / 70 mmHg
Suhu                                            : 36,7 0 C
Nadi                                             : 88 x/menit
RR                                                : 20 x/menit
Pengeluaran pervaginam          : lokhea rubra               
2.          Infuse RL telah terpasang dengan 20 tetes/menit
3.          Ibu mau melakukan memasase uterus
4.          Telah dilakukan eksplorasi dan hasil eksplorasi adalah sisa plasenta sudah keluar sehingga tidak terjadi perdarahan lagi, kontraksi baik dan ibu tidak terjadi syok haemoragik dan syok hipovolemik
5.          Oxytosin 10 unit telah disuntik IV dan hasilnya kontraksi uterus baik
6.          Telah dilakukan eksplorasi jam 05.30 wib dan hasil eksplorasi adalah:
-            Sisa plasenta : sudah keluar sehingga tidak terjadi perdarahan lagi
-            Kontraksi uterus : baik








I.           Pengkajian V
Dilaksanakan pada ;
Tanggal : 17 April 2009
Jam        : 05.45 WIB

A.        Data subjektif
Keluhan :
Ibu  merasa mules karena kontraksi uterus baik
B.         Data objektif
C.         Inspeksi
Muka                  : ibu sudah tidak tampak lelah
Konjungtiva      : sedikit pucat
Mammae   : kolostrum keluar
Genetalia : tidak ada laserasi jalan lahir

Palpasi
TFU 2 jari bawah pusat
Kontraksi uterus baik

II.         Merumuskan Dagnosa
a.          Diagnose nomenklutur
Ny. N,P2A0 usia 26 tahun.
Inpartu kala IV
b.          Masalah
Tidak ada
c.          Kebutuhan
Informasi tentang keadaan ibu

III.       Mengantisipasi Diagnosa / masalah potensial
Tidak terdapat masalah potensial

IV.      Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera
Tidak dilakukan

V.        Intervensi
1.          Pantau 2 jam post partum
2.          Tetap mengajarkan masase
3.          Bersihkan ibu dan ganti pakaian yang kotor dengan pakaian yang bersih
4.          Berikan penjelasan pada ibu tentang keadaannya
5.          Anjurkan ibu untuk cukup istirahat
6.          Libatkan keluarga untuk member support mental dan proses perawatan
7.          Penkes tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan Manfaat ASI

VI.      Implementasi jam :05.50 wib
1.          Mengawasi keadaan umum tanda-tanda vital, kontraksi uterus, pengeluaran pervaginam dan beritahukan hasilnya pada ibu
2.          Menganjurkan ibu untuk masase perutnya
3.          Membantu ibu mengganti pakaian yang bersih
4.          Menjelaskan pada ibu tentang keadaan yang dialami sekarang
5.          Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat
6.          Menganjurkan keluarga untuk memberi support mental dan proses perawatan
7.          Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya
          Menjelaskan pada ibu manfaat ASI
-            Bersih, aman dari pencemaran kuman
-            Selalu bersedia dalam suhu optimal
-            Produksi disesuaikan dengan kebutuhan bayi
-            Mengandung antibody yang dapat menghambat pertumbuhn atau membunuh kuman
-            Bahaya alergi tidak ada


VII.    Evaluasi jam : 06.00 wib
1.          Telah dilakukan pengawasan umum, tanda-tanda vital, kontraksi uterus, pengeluaran pervaginam dan ibu telh diberitahukan hasilnya.
Keadaan umum                                  : baik
Kesadaran                                          : composmentis
Tanda-tanda vital             
Tensi                                                   : 110/80 mmHg
Suhu                                                    : 36,8oC
Nadi                                                     : 84 x/menit
RR                                                        : 20 x/menit
Pengeluaran pervaginam                 : lochea rubra
2.          Ibu mau untuk masase perutnya hasilnya ibu sudah merasakan mules
3.          Ibu bersedia mengganti pakaian yang bersih
4.          Ibu sudah mengerti tentang keadaan yang dialami dan ibu sudah tidak cemas lagi
5.          Ibu bersedia untuk cukup istirahat
6.          Ibu dalam keadaan tenang dan keluarga telah memberi semangat dan dorongan kepada ibu
7.          Ibu bersedia menyusui bayinya dan mengerti tentang manfaat ASI












BAB IV
PEMBAHASAN


A.             Pembahasan Antara Teori Medis dan Manajemen Varney Dengan Kasus
Setelah penulis membahas bab demi bab dan melaksanakan proses manajemen kebidanan pada pasein perdarahan post partum primer yang pelaksanaan sejak tanggal 17 April 2009, maka ada beberapa hal yang ingin penulis sampaikan pada bab pembahasan ini yang berkaitan dengan masalah yang muncul dan pada penanganannya.
Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan langkah demi langkah berdasarkan teori manajemen kebidanan menurut Varney.
Langkah I : Pengkajian
             Penulis melaksanakan pengumpulan data secara mandiri langsung dari pasien maupun data penunjang
             Di dalam teori disebutkan perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 mL dalam 24 jam setelah anak lahir. Pada pengkajian data subyektif ibu mengeluh kepalanya pusing. Hal itu sesuai dengan yang telah ditemukan di dalam teori.
             Secara teori pada pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan terhadap keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui status kesehatan klien pada saat ini, sedangkan pada pengkajian data obyektif yang meliputi pemeriksaan fisik yang dilakukan, keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital. Pada hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum ibu baik perdarahan 500 cc. Dengan ditemukan berbagai tanda-tanda pada waktu dilakukan pemeriksaan hal ini sesuai dengan teori.



Langkah II : Interpretasi Data
             Pada langkah ini terdiri dari diagnosa nomenklatur (diagnosa kebidanan) dan masalah yang didapat di dalam teori disebut diagnosa nomenklatur dikaji dari data subyektif yaitu keluhan sari pasien dan data obyektif dari hasil pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik dan data penunjang.
             Pada kasus ini penulis mendapatkan diagnosa Para II, Abortus O, umur 26 tahun dengan perdarahan post partum primer.
             Didasari dari pernyataan ibu, sudah pernah melahirkan 1 kali dan belum pernah keguguran. Ibu mengatakan usianya 26 tahun. HPHT 12 Juli 2008, HPL 19 April 2009 serta dari hasil pemeriksaan dalam didapatkan masih ada sisa plasenta yang tertinggal dan dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadan ibu lemah. Masalah yang muncul yaitu ibu merasa lemas dan takut terjadi perdarahan dari hasil interpretasi data yang ada telah sesuai dengan teori, karena telah mencakup unsur-unsur yang ada dalam menegakkan diagnosa.

Langkah III : Identifikasi Diagnosa Potensial
             Pada pengkajian identifikasi diagnosa masalah potensial dan antisipasi tindakan segera ada. Karena pada data fokus yaitu data subyektif dan obyektif  ditemukan suatu masalah yaitu pada ibu masalah potensial yang  terajadi kondisi ibu lemah dan perdarahan akan terjadi sehingga pada langkah ini diperlukan tindakan antisipasi segera.

Langkah IV : Menetapkan Tindakan Kebutuhan Segera
             Pada langkah ini identifikasi menetapkan tindakan kebutuhan segera ada dan dilakukan karena pada identifikasi diagnosa masalah potensial dan antisipasi segera ditemukan suatu masalah, tindakan kebutuhan segera yang dilakukan memasang infuse, melakukan eksplorasi plasenta.


Langkah V : Intervensi
             Menurut teori, langkah ini dibuat berdasarkan diagnosa nomenklatur dan masalah untuk membantu mengatasi masalah pasien maka disusun rencana asuhan yang menyeluruh yang meliputi:
1.               Pantau 2 jam post partum
2.               Tetap mengajarkan masase
3.               Bersihkan ibu dan ganti pakaian yang kotor dengan pakaian yang bersih
4.               Berikan penjelasan pada ibu tentang keadaannya
5.               Anjurkan ibu untuk cukup istirahat
6.               Libatkan keluarga untuk memberi support mental dan proses perawatan
Antara teori dengan kasus yang dikaji tidak ada kesenjangan

Langkah VI : Implementasi
             Merupakan tindak lanjut atau pelaksanaan secara nyata dari apa yang telah direncanakan pada langkah sebelumnya.
1.               Memantau 2 jam post partum
Hasilnya ibu tidak terjadi perdarahan, kondisi ibu baik, kontraksi baik
TTV
TD       : 110/80 mmHg
S          : 36 0C
Nadi    : 84 x/menit
RR       : 20 x/menit
PPV     : lokhea rubra
2.               Mengajarkan masase pada ibu untuk merangsang kontraksi
3.               Membersihkan ibu dan ganti  pakaian yang kotor dengan pakaian yang bersih sehingga ibu merasa nyaman
4.               Memberikan penjelasan kepada ibu tentang keadaannya bahwa keadaan yang dialami ibu merupakan salah satu masalah yang ada pada kondisi ibu saat persalinan, kondisi tersebut dapat diatasai bila dalam persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
5.               Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat. Pada langkah ini penulis menekankan kepada klien untuk cukup istirahat, agar kondisinya tidak buruk dan cepat pulih
6.               Melibatkan keluarga untuk memberi support mental dan proses perawatan karena pada proses persalinan ibu mengalami perdarahan post partum yang bisa memperburuk kondisi ibu bila tidak segera ditangani
     Antara teori dengan kasus yang dikaji tidak ada kesenjangan

Langkah VII : Evaluasi
             Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi :
1.               Dengan memberitahukan hasil pemeriksaan ibu mengerti tentang kondisinya sekarang
2.               Ibu bersedia untuk melakukan masase untuk merangsang kontraksi uterus
3.               Ibu merasa nyaman
4.               Ibu mengerti tentang penjelasan yang sudah diberikan
5.               Ibu bersedia untuk cukup istirahat
6.               Keluarga bersedia untuk memberikan support mental dan proses perawatan pada ibu untuk mempercepat pemulihan kondisi ibu
7.               Perdarahan post partum primer tidak terjadi karena sudah dilakukan penanganan dengan melakukan eksplorasi plasenta
8.               Oxytosin 10 unit sudah diberikan secara Intravena
Setelah melakukan pengkajian sebanyak 4 kali pengkajian didapatkan hasil ibu mengalami perdarahan post partum dengan sisa plasenta yang tidak berlangsung lama karena sudah dilakukan penanganan dengan eksplorasi sehingga kontraksi uterus baik (keras sehingga tidak terjadi perdarahan post partum
Jadi antara teori dengan kasus terdapat kesenjangan seharusnya pasien yang mengalami perdarahan dilakukan pemeriksaan penunjang seperti HB(heimoglobin) tetapi yang penulis dapat dihalan tidak dilakukan pemeriksaan penunjang padahal itu sanat diperlukan untuk mengetahui apakah ibu itu terkena anemia atau tidak.

B.             Pembahasan Antara Landasan Hukum (Kewenangan Bidan, Kompetensi Bidan) dengan Kasus
Dari hasil pengkajian yang telah dilaksanakan, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam memberikan asuhan kebidanan pada kasus perdarahan post partum primer dengan sisa plasenta. Sesuai dengan kewenangan bidan dalam Kep Menkes Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002. BAB V tentang kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan yang meliputi pasal 15 ayat (2).
Pelayanan kepada ibu pada masa pra nikah, pra hamil, masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas, menyusui dan masa antara atau periode interval.
Pada kasus ini bidan mempunyai wewenang dalam memberikan penanganan pada pasien dengan perdarahan post partum primer dengan sisa plasenta yang terdapat pada pasal 16 ayat (2), dan pemberian pelayanan dapat dilakukan pada ibu yang berkaitan dengan pasal 16 yaitu bidan mempunyai wewenang untuk pemberian infuse. Pemberian suntikan intra muskuler uterotonika, antibiotika, sedative berdasarkan landasan hukum dan kasus yang ditangani tidak terdapat kesenjangan pada kasus dengan perdarahan post partum primer dengan sisa plasenta dalam kewenangan bidan.
            
             Kompetensi bidan
             Pada kompetensi 5 : Asuhan pada ibu nifas dan menyusui
             a.          Pengetahuan dasar point 10
Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya perdarahan pervaginam menetap, sisa plasenta, renjatan (syok) dan pre eklampsia postpartum
             b.         Keterampilan dasar point 10
Penatalaksanaan ibu postpartum abnormal : sisa plasenta, renjatan dan infeksi ringan.

             Standar pelayanan kebidanan
             Standar 21 : Penanganan perdarahan postpartum primer
             1)         Tujuan
Mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawatdaruratan yang tepat pada ibu yang mengalami perdarahan postpartum primer.
             2)         Pernyataan standar
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan untuk mengendalikan perdarahan.
             3)         Prasyarat
a)         Bidan terlatih dan terampil dalam menangani perdarahan postpartum termasuk pemberian obat oksitosin dan cairan Intra Vena (IV), kompresi uterus bimanual.
b)         Tersedianya peralatan atau perlengkapan penting diperlukan dalam kondisi Desinfektan Tingkat Tinggi (DTT ) atau steril, misalnya alat untuk penjahitan, benang jahit. set infus dengan jarum, alat suntik sekali pakai cairan Intravena (IV), sarung tangan, kateter urine dari karet, dalam keadaan siap pakai.
c)         Tersedianya obat antibiotika dan oksitosin (oksitosin dan metergin) serta tempat penyimpanan yang memadai.
d)         Tersedianya sarana pencatatan : Kartu ibu, Partograf.
e)         Tersedianya transportasi untuk merujuk ibu direncnakan
f)          Sistem rujukan yang efektif untuk perawatan kegawatdaruratan obstetrik dan fasilitas bank darah berfungsi dengan baik untuk merawat ibu yang mengalami perdarahan post partum.
 Sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara landasan hukum dengan kasus dan pelayanan bidan sesuai dengan kompetensi bidan.



























BAB V
PENUTUP


A.             Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perdarahan post partem primer dengan sisa plasenta maka dapat disimpilkan:
Perdarahan post partem adalah perdarahan lebih dari 500-600 Ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir.
Dari pengkajian yang dilakukan penulis selama 5 kali memperoleh hasil bahwa keadaan pasien lemah dan terjadi perdarahan yang disebabkan oleh sisa plasenta yang masih tertinggal setelah dilakukan eksplorasi perdarahan berhenti dan pasien dalam kondisi baik.

B.         Saran
             Berdasarkan kesimpulan yang penulis utarakan tersebut diatas kiranya perlu untuk memberikan suatu masukan yang bermanfaat baik yang disampaikan kepada para bidan selaku pemberi pelayanan, pasien, dan institusi.
             1.          Bagi Bidan
a.              Sebagai bidan harus selalu meningkatkan pengetahuan melalui ikut kegiatan seminar - seminar, dan pelatihan sehingga bila menemukan kasus yang sama bisa menangani dengan maksimal.
b.              Sebagai bidan apabila menangani perdarahan hendaknya bidan segera mengatasinya dengan cara mencari sebab dari perdarahan tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
c.              Untuk para bidan harus selalu teliti dalam memeriksa kelengkapan plasenta, untuk mengurangi terjadinya perdarahan yang disebabkan sisa plasenta.
d.              Diharapkan bidan lebih teliti dan terampil dalam melakukan manajemen aktif kala III.
             2.          Bagi Masyarakat (khususnya pasien)
            Sebaiknya ibu mengetahui tanda bahaya dalam masa nifas agar bisa segera memberitahu petugas kesehatan supaya mendapatkan penanganan segera.
             3.          Institusi Pendidikan
a.              Menambah pelatihan mengenai masing - masing penanganan perdarahan postpartum sesuai dengan penyebabnya. Sebagai sarana untuk meningkatkan ketrampilan.
b.              Menambah buku perpustakaan yang lebih lengkap lagi tentang perdarahan postpartum sebagai saran untuk belajar.
4.          Bagi Pelayanan Kesehatan
                         Diharapkan untuk tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan khususnya pada kasus perdarahan dapat langsung memberikan penanganan sehingga angka kematian ibu dapat diturunkan dan diharapkan tenaga kesehatan untuk mempunyai peralatan sesuai dengan kebutuhan pasien.













LAMPIRAN I

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan     : Masa Nifas
Sub Pokok Bahasan             : Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan manfaat ASI
Sasaran                  : Ny. N
Tempat                   : Puskesmas Halmahera
Hari/Tanggal                         : Jumat/17 April 2009
Waktu                                    : 06.30 WIB
Penyuluh                               : Sahpitri

A.             Tujuan
1.               Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan ibu mengerti tentang ASI eksklusif dan manfaat ASI.
2.               Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan ibu mengetahui :
2.1.          Pengertian ASI eksklusif.
2.2.          Manfaat ASI eksklusif.
2.3.          Komposisi ASI
2.4.          Cara Menyusui yang benar
2.5.          Waktu pemberian ASI eksklusif
2.6.          Tanda bayi cukup ASI
2.7.          Kerugian pemberian susu botol

B.             Kegiatan Penyuluhan
NO
Waktu
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Peserta
Metode
Media
1.
5 Menit
Pembukaan, perkenalan, dan menjelaskan maksud dan tujuan
Memperhatikan dan siap mengikuti penyuluhan
Ceramah

2.
15 Menit
Menguraikan tentang isi dari penyuluhan
Memperhatikan penyuluhan dengan seksama
Leaflet
3.
5 Menit
Diskusi / tanya jawab
Mengajukan pertanyaan dan Tanya jawab


4.
5 Menit
Penutup dan pembacaan kesimpulan
Memperhatikan



C.             Pokok Materi
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan Manfaat ASI

D.             Daftar Pustaka
1.               Prof.Dr.Azwar, Azrul. ( 2002 ) Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : MPH
2.               Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan BP Sarwono Prawiro Harjo

E.              Evaluasi
Pertanyaan :
1.               Pengertian ASI eksklusif.
2.               Manfaat dari ASI eksklusif.
3.               Komposisi ASI
4.               Cara Menyusui yang benar
5.               Waktu pemberian ASI eksklusif
6.               Tanda bayi cukup ASI
7.               Kerugian pemberian susu botol

Jawaban :
1.               Ibu mengerti tentang ASI eksklusif yaitu bayi yang hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan / makanan sampai umur 4-6 bulan.
2.               Ibu mengerti manfaat dari ASI eksklusif yaitu :
2.1.          Sebagai nutrisi.
2.2.          ASI sebagai daya tahan tubuh.
2.3.          ASI meningkatkan kecerdasan.
2.4.          ASI meningkatkan jalinan kasih sayang.
2.5.          Penghematan biaya obat-obatan, tenaga, sarana kesehatan, menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas.
3.               Ibu mengerti 4 dari 9 komposisi ASI yang dijelaskan
1.        Taurin
2.        DHA dan AA
3.        Laktoferin
4.        Faktor bifidus
4.               Ibu sudah mengerti cara menyusui yang benar dan ibu sudah bisa mempraktekkan cara menyusui yang benar
5.               Ibu sudah mengerti waktu pemberian ASI
1.        Baik diberikan sampai 6 bulan
2.        Bayi disusukan setiap 2 jam, lama 10-15 menit
6.               Ibu mengerti 5 dari 7 tanda-tanda bayi cukup ASI
1.        Bayi kencing 6 kali dalam 24 jam
2.        Bayi sering buang air besar
3.        Payudara ibu terasa lembut setelah selesai menyusui
4.        Bayi bertambah berat badannya
5.        Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam
7.               Ibu mengerti kerugian pemberian susu botol diantaranya ibu bisa menyebutkan
Pada ibu
-          Memungkinkan ibu menderita bendungan dan nastitis
Pada bayi
-          Diare
-          alergi

LAMPIRAN II

MATERI

INISISASI MENYUSUI DINI  DAN MANFAAT ASI

1.        Pengertian
ASI eksklusif yaitu bayi yang hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan/makanan sampai umur 4-6 bulan
2.        Manfaat ASI Eksklusif
2.1       ASI sebagai nutrisi
Dikarenakan di dalam ASI terdapat komposisi ASI yaitu kolostrum, Air susu masa persalinan, dan Air susu matur
2.2       ASI sebagai daya tahan tubuh
Dikarenakan di dalam ASI terdapat zat kekebalan ASI  yaitu :
Ø   Factor bifidus : mendukung proses perkembangan bakteri yang “menguntungkan” dalam usus bayi, untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang merugikan
Ø   Lactoferin : mengikat zat besi dalam ASI sehingga zat besi tidak digunakan oleh bakteri pathogen untuk pertumbuhannya
Ø   Anti Alergi
Ø   Mengandung zat anti virus polio
Ø   Membantu pertumbuhan selaput usus bayi sebagai perisai untuk menghindari zat-zat merugikan yang masuk ke dalam peredaran darah
2.3     ASI meningkatkan jalinan kasih saying
Disebabkan karena dengan seringnya ibu menyusui nayinya, sehingga bayi dan ibu dapat meningkatkan jalinan kasih sayang
2.4     Penghematan biaya obat-obatan, tenaga, sarana kesehatan, menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas

3.        Komposisi ASI
1.       Taurin
2.       DMA dan AA
3.       Imonoglobulin A (Ig A)
4.       Laktoferin
5.       Lysosim
6.       Lisozim
7.       Lakto peroksidase
8.       Faktor Bifidus
9.       F. anti stafilokokus

4.        Cara Menyusui yang Benar
-             Seluruh tubuhnya (bayi) berdekatan dan terarah pada ibu
-             Mulut dan dagunya berdekatan dengan payudara
-             Areola tidak akan bisa terlihat dengan jelas
-             Hisapan bayi lamban dan dalam serta menelan
-             Bayi terlihat senang dan tenang
-             Ibu   tidak   merasakan   nyeri    pada putting susu

5.        Waktu Pemberian ASI Eksklusif
            Baik diberikan sampai 6 bulan
            Miriimal susukan bayi setiap 2 jam sekali, lama 10-15 menit atau on demand (semua bayi)

6.        Tanda - tanda bayi cukup ASI
       Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda
        Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan
        Bayi tampak puas sewaktu waktu merasa lapar, bangun dan tidur yang cukup. Bayi yang selalu tidur bukan pertanda sakit
        Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam
        Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui
        Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai menyusu
        Bayi bertambah berat badannya (Saifuddin,2002)

7.        Kerugian Pemberian susu botol
                    Untuk ibu
-    ASI akan keluar lebih lama karena-bayinya sudah kenyang
-    Memungkinkan ibu menderita bendungan dan mastitis
-    Ibu akan mengalami kesukaran menyusui
                    Untuk bayi
-    Diare
-    Alergi
-    Radang telinga
-    Radang otak
-    Penyakit kronis saluran pencernaan















DAFTAR PUSTAKA


Prof.Dr.Azwar, Azrul. ( 2002 ) Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : MPH
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan BP Sarwono Prawiro Harjo

























DAFTAR PUSTAKA



Coad, Jane. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta : EGC

Hartanto, Huriawati. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta : EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
PT RINEKA CIPTA.

Saifuddin, A.B. Wiknjosastro, G.H, Affandi B. 2002. Buku Panduan Praktik
                Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP

Sarwono, P. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP

Simatupang, Erna J. 2006. Penerapan Unsur-Unsur Manajemen Praktik
                Kebidanan. Jakarta : Arwana Indah.

Sofyan, Mustika. 2006. Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta : PP IBI

Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP

Wirakusumah, Sastrowinata, Martaadi. 2004. Obstetri Patologi. Jakarta : FKUD.













LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama                    : Ny. Nunik
Umur                    : 26 tahun
Alamat                 : Jl. Sendangguwo RT. 06 RW X No. 51 Semarang

Bersama ini, saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam penyelesaian tugas akhir yang diajukan oleh Sahpitri, mahasiswa DIII Kebidanan STIKES KARYA HUSADA dengan judul “ ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny. N DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM PRIMER DENGAN SISA PLASENTA DI PUSKESMAS HALMAHERA SEMARANG”
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran tanpa paksaan pihak manapun untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, 17 April 2009
     Yang Menyatakan



(Nunik )



0 comments :

Post a Comment

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Copyright © 2012. PRUDENTIAL SEMARANG - All Rights Reserved B-Seo Versi 5 by Blog Bamz