Monday, December 6, 2010

Aborsi

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Indonesia  merupakan  negara dengan situasi geografis yang terdiri atas pulau-pulau, yang terdapat 1300 pulau yang besar maupun kecil, penyebaran penduduk yang belum rata, tingkat sosial ekonomi dan pendidikan belum memadai sehingga menyebabkan kurangnya kemampuan dalam menjangkau tingkat kesehatan yang optimal.
Saat ini diperkirakan 27% - 30% dari penduduk dunia berusia antara 10­24 tahun dan 83% dari mereka berada di negara berkembang. Di Indonesia jumlah penduduk 10-24 tahun diperkirakan ada 31 % dari total penduduk, dengan khusus remaja usia 10-19 tahun berjumlah 49 jiwa atau 21% dari total penduduk. Jumlah penduduk remaja yang cukup besar tersebut membawa konsekuensi yang tidak ringan bagi Indonesia (DepKes, 2002).
Berbagai masalah kesehatan reproduksi pada remaja sering kita jumpai, hal ini menjadi perhatian bersama bangsa Indonesia, bukan hanya individu yang bersangkutan, karma dapat berdampak sangat luas yang menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat (Manuaba, 1999).
Masalah kesehatan reproduksi dikalangan remaja makin banyak dan serius, karena masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi seiring dengan kemajuan perkembangan jaman sekarang ini (Kompas, 2005).
1
 
Minimnya informasi dan pengetahuan tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi pada remaja dapat berdampak terjadinya penyalahgunaan fungsi seksual, seperti; hanya mengejar kenikmatan sesaat, melakukan hubungan seks bebas yang berdampak kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga tak heran jika remaja banyak mengalami berbagai masalah seperti penyakit menular seksual dan pengguguran kandungan atau aborsi (Kompas, 2005).
Jumlah remaja di Semarang yang hamil diluar nikah cenderung meningkat, rata-rata 30 orang perbulan. Remaja hamil ini sedikit yang berkategori diperkosa, dan yang lebihnya banyak akibat pacaran                    (PKBI, 1999).
Setiap tahun dua juta aborsi terjadi di Indonesia, 750 ribu atau sepertiga diantaranya dialami oleh remaja. Dampak yang lain dari permasalahan seksual remaja adalah terlihat meningkatnya kasus HIV atau AIDS di Indonesia saat ini tercatat 144 kasus terinfeksi AIDS dan 423 kasus positif terinfeksi HIV dan jumlah ini semakin meningkat dari tahun ke tahun diantaranya mengenai kelompok remaja usia 15-19 tahun (Harian Republika, 2000).
Di Indonesia diperkirakan setiap tahun terjadi aborsi sekitar 2,3 juta, diantaranya akibat kegagalan kontrasepsi, kebutuhan tidak mencukupi, kehamilan remaja, dan aborsi spontan. Hal ini merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang amat serius (Kompas, 2000)
Aborsi yang tidak aman merupakan masalah kesehatan masyarakat yang Bering terabaikan di negara-negara berkembang dan juga masalah yang perlu mendapatkan perhatian yang serius pada perempuan dalam usia reproduksinya. (Informasi Kesehatan Reproduksi, 2002).
Dalam penjelasan UU Kesehatan No 23 pasal 15, menyatakan bahwa aborsi dilarang dengan alasan apapun juga terlebih lagi dengan penekanan bahwa hal tersebut bertentangan dengan norma hukum dan norma agama (UU Kesehatan Nomor: 23, 1992)
Padahal jumlah kelompok remaja yang besar merupakan sumber daya yang  potensial karena merupakan penerus masa depan bangsa, sehingga kelompok remaja perlu mendapatkan perhatian pembinaan yang baik dari negara mereka agar dapat berkembang secara wajar dan bertanggung jawab (GBHN, 1998).
Disisi lain, kegiatan kesehatan reproduksi yang telah dilakukan disekolah-sekolah hingga saat ini adalah pendidikan kesehatan yang diintegrasikan kedalam pembelajaran Penjaskes dan Biologi. Adapun kegiatan lain hingga saat ini belum terlihat keefektifannya, misalnya Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja (PKRR) dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (KKRR). Berbagai kegiatan yang ada di seolah seperti bimbingan dan konseling disetiap sekolah lanjutan menengah belum begitu terarah pada kesehatan reproduksi remaja .  (Forum Kesehatan Reproduksi DKI Jakarta IV, 2004).
Sampai saat ini, pelayanan kesehatan reproduksi terpadu dengan keempat komponen esensialnya (KIA, ISK/PMS, KB, KRR) belum diterapkan secara luas di Indonesia. Upaya untuk menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi terpadu yang berkualitas sangat tergantung pada kompetensi petugas dalam memberikan pelayanan yang mencakup kemampuan komunikasi interpersonal dan kemampuan teknis medis (Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu, 2003).
Di negara berkembang khususnya di Indonesia sudah saatnya memperoleh suatu perhatian dan penanganan yang serius bagi pemerintah maupun masyarakat indonesia, risiko kesehatan yang telah dikemukakan diatas perlu diketahui oleh kaum remaja putri dengan melalui pendidikan kesehatan reproduksi yang benar. Pendidikan tentang kesehatan reproduksi yang dimaksud adalah memberikan informasi kepada remaja putri tentang kesehatan reproduksi sedemikian rupa sehingga kaum remaja putri tahu bagaimana cara menghindarinya. Dalam penilaian terhadap aborsi, remaja putri tahu atau mengerti sehingga tidak akan melakukan hal-hal yang dapat mengarah pada tindakan tersebut.
Dengan kejadian aborsi yang terjadi diatas, kemungkinan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi dengan penilaian individu terhadap aborsi di SMK Negeri 4 Yogyakarta.

B.       Rumusan Masalah
          Berdasarkan  latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan masalah "Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja putri dengan penilaian individu terhadap aborsi di SMK Negeri 4 Yogyakarta?"

C.       Tujuan Penelitian
         Tujuan peneliti meliputi :
1.         Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi dengan penilaian individu terhadap aborsi di SMK Negeri 4 Yogyakarta.
2.         Tujuan Khusus
a.         Diketahuinya pengetahuan remaja putri kesehatan reproduksi pada siswi SMK Negeri 4 Yogyakarta.
b.        Diketahuinya penilaian siswi (individu) SMK Negeri 4 Yogyakarta terhadap aborsi.

D.      Manfaat Penelitian
a.         Bagi Remaja Putri
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi remaja putri sehingga remaja putri menyadari pentingnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
b.        Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat dapat memberikan gambaran mengenai aborsi di kalangan masyarakat sehingga dapat melaksanakan upaya pencegahan dan penghentian tindakan aborsi.
c.         Bagi Institusi
Bagi institusi pendidikan dapat memberikan masukan tentang pendidikan kesehatan reproduksi dan sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan bagi mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa kebidanan.
d.        Bagi Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Kiranya hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai kesehatan reproduksi.

E.   Ruang Lingkup Masalah
          Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti tergugah untuk penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi dengan penilaian individu terhadap aborsi di salah satu sekolah negeri di Semarang yaitu SMAN 11 Semarang.
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A.     Landasan Teori
         1.       Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi
                   a)    Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Berdasarkan pengalaman dan pendidikan tcrnyata perilaku yang didasar pengetahuan akan langgeng daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. (Notoatmodjo, 2003).
Faktor-faktor yang ada hubungan dengan pengetahuan adalah tingkat pendidikan, umur, tempat tinggal, status ekonomi dan status sosial. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi suatu proses, yaitu :
1)        Tahu (know) .
Tahu diartikan sebagai meningkat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah meningkat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2)       
6
 
Memahami (comprehension)
Memahami merupakan kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat rnenginterprestaslkan materi tersebut secara benar.
3)        Aplikasi (aplication)
Aplication merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4)        Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam kelompok-kelompok, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain.
5)        Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya : dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6)        Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responder (Notoatmodjo, 2003).

           b)   Remaja
       Remaja dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Remaja awal dan remaja akhir. Remaja awal adalah individu yang berusia antara 12-17 tahun bagi wanita dan 13-18 tahun bagi pria yaitu akhir dari fase pra remaja sampai individu menemukan suatu pola perbuatan stabil yang memuaskan dorongan-dorongan genitalnya. Sedangkan remaja akhir adalah individu yang berusia antara 18-21 tahun bagi wanita dan 19-22 tahun bagi pria yaitu sudah mulai terpolakan aktivitas seksual melalui langkah pendidikan hingga terbentuk pola hubungan antar pribadi yang sungguh-sungguli matang sesuai dengan kesempatan yang ada. Sedangkan WHO membatasi usia remaja dari 10-19 tahun dan individu yang berusia antara 15-24 tahun disebut Pemuda (Sunaryo, 2004).

                   c)      Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya (WHO, Kompas, 2000).
Sedangkan yang dimaksud dengan kesehatan dalam undang­-undang pokok kesehatan No 23 Tahun 1992 adalah meliputi kesehatan badan, rohaniah (mental) dan sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit cacat dan kelemahan (Ekotama, et al. 2001).
Kesehatan reproduksi remaja di Indonesia telah memperoleh komitmen politik dari pemerintah dan parlemen, serta telah menjadi program Nasional sejak tahun 2000. Dan kesehatan reproduksi remaja dapat menjadi masalah amat serius, karena tahun 2000 lalu kaum remaja telah menjadi kelompok populasi terbesar dalam piramida penduduk Indonesia. Sehingga telah dibentuk Komisi Kesehatan reproduksi untuk mengkoordinasi program seperti kesehatan reproduksi remaja, yang melibatkan lima departemen/lembaga, yaitu DepKes, BKKBN, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, dan Departemen Sosial, serta LSM. Komisi ini hingga tingkat kabupaten untuk menghindari tumpah tindik (Hasmi, 2001).
Dapat dikemukakan bahwa kesehatan reproduksi kesehatan adalah suatu penerapan  konsep pendidikan, dalarn penyuluhan atau pengajaran untuk meningkatkan perilaku  sehat dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi reproduksi.
Untuk implementasi program kesehatan reproduksi remaja di Indonesia, direncanakan program penjangkauan dan yang berbasis klinik, serta pemberdayaan masyarakat dan kelompok untuk melakukan rujukan jika ada remaja yang mengalami masalah. Tapi masih amat terbatas jumlahnya dan sebagian besar dikelola oleh LSM seperti PKBI, padahal ini adalah salah satu faktor kunci suksesnya program kesehatan remaja yang berorientasi pada pokok bicara dalam bahasa remaja (Hasmi, 2001).
                            Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Meliputi
                            1.   Pertumbuhan dan Perkembangan Seksual
Pertumbuhan dan  perkembangan seks manusia sesuai dengan makin bertambahnya umur dan dimulai sejak kelahiran seperti :
a.          Tahap Oral
Umur sekitar 1-2 tahun (bayi), tingkat kepuasan seks dicapai dengan menghisap : puting susu ibu, dot botol, menghisap jari tangan. Oleh karena itu perilaku demikian tidak perlu dilarang.
b.          Tahap Anal
Kepuasan seks anak didapat melalui rangsangan anus saat BAB, antara umur 3-4 tahun sering duduk lama di toilet, sehingga kepuasannya tercapai.

c.          Tahap Falik
Terjadi sekitar umur antara 4-5 tahun, dengan jalan mempermainkan kemaluannya.
d.Tahap Laten
Terjadi sekitar umur 6-12 tahun. Tingkah laku seksual seolah-olah terbenam, karena mungkin lebih banyak. bermain, mulai masuk sekolah, dan adanya PR sekolah.
e. Tahap Genital
Umur anak sekitar 12-15 tahun. Tanda seks sekunder mulai berkembang dan keinginan seks dalam bentuk libido mulai tampak dan terus berlangsung  sampai mencapai usia lanjut (Manuaba, 1999).

                            2.    Anatomi Alat Reproduksi
                                      a.       Alat Reproduksi Pria
                                               1)      Alat Reproduksi Luar
                                                         a)      Penis
Berfungsi sebagai alat senggama dan sebagai saluran untuk menyalurkan sperma dan air mani. Pada keadaan biasa, penis tergantung dimuka skrotum, sedangkan saat terangsang maka penis akan tegang dan mengeras.
b)        Glans Penis
Bagian depan atau kepala. Glans hanya banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf
c)        Testis
Berjumlah dua buah untuk memproduksi sperma setiap hari dengan bantuan testosteron.
d)        Scrotum
Kantung kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat-lipat. Ini tempat bergantungnya testis yang mengandung otot polos yang mengatur jarak jauh testis ke dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis agar relatif tetap.
e)        Rambut Kemaluan
Berfungsi untuk menyaring kotoran agar tidak langsung menempel pada kulit kemaluan.
                                               2)      Alat Reproduksi Dalam
                                                         a)      Kelenjar Prostate
Kelenjar yang menghasilkan cairan yang berisi zat makanan untuk menghidupi sperma. Cairan kelenjar prostate yang bertanggung jawab atas pergerakan aktifnya sperma.
b)        Veskula Seminalis
                                                                  Sebagai penampung sperma matang
c)        Vasdeferen
Saluran yang menyalurkan sperma dari testis menuju  veskula seminalis. Saluran ini berawal dari luar panggul dan melewati sisi kiri dari kanan kandungan kemih menembus kelenjar prostat untuk bermuara di dalam uretra.
d)        Epidydimidis
Saluran-saluran lebih besar dan berkelok-kelok yang membentuk bangunan seperti topi. Sperma yang dihasilkan oleh saluran-saluran testis yang kecil akan bcrkumpul di epidydimidis.
e)        Vesika Uritlaria
Tempat penampungan sementara air yang berasal dari ginjal.


f)         Uretra
Saluran untuk mengeluarkan air seni dan air mani.

b.      Alat Kelamin Wanita
                                               1)      Alat Reproduksi Luar
                                                         a)      Mons Pubis
Merupakan bantalan jaringan lemak yang terletak di atas simpisi pubis. Struktur ini ditutupi oleh kulit dan rambut
                                                         b)      Labia Mayora
Terdiri alas dua buah lipatan kulit dengan jaringan lemak dibawahnya yang berlanjut ke bawah sebagai perluasan dari mons pubis dan menyatu menjadi perineum yang berfungsi sebagai perlindungan kedua bibir ini menutupi lubang vagina.
c)        Labia Minora
Merupakan dua buah lipatan tipis kulit yang terletak di sebelah dalam labia mayors.
d)        Klitoris
Merupakan tonjolan kecil jaringan erektil yang terletak pada titik temu lbia minors di sebelah anterior dan klitoris sangat kaya akan pembuluh darah dan syaraf sehingga merupakan salah Satu zona erotik yang utama pada wanita.
e)        Vulva
Merupakan organ genetalia eksterna yang berbentuk lonjong, berukuran panjang mulai dari klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil, sampai kebelakang dibatasi perineum.
f)         Vestibulum
Merupakan organ yang terletak dibawah selaput lender vulva, terdiri dari bulbus vestibule kanan dan kiri (Modul Praktikum Obstetry Ginekologi, 2005).
                                               2)      Alat Reproduksi Dalam
a)        Vagina
Merupakan liang atau saluran yang menghubungkan vulva dengan rahim, terletak antara saluran kemih dan anus.
b)        Uterus
Merupakan suatu struktur otot yang cukup kuat, bagian luarnya ditutupi oleh perineum sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa rahim. Dan mempunyai rongga yang terdiri dari tiga bagian besar yaitu : badan rahim, leher rahim, dan rongga rahim.
c)        Tuba Fallopi
Saluran yang keluar dari kornu rahim kanan dan kiri, bagian dalam luarnya diliputi oleh peritonium viseral yang merupakan bagian dari ligamentum latum . Dan bagian dalam saluran dilapisi silia.
d)        Ovarium
Merupakan kelenjar kelamin seks wanita. Ada dua buah ovarium yang masing-masing terdapat pada setiap sisi dan berada didalam kavum abdomen dibelakang ligamentum latum dekat ujung timbria tuba fallopi (Helen, 2001).

3.        Proses Terjadinya Kehamilan
Proses penyatuan sperma dari laki-laki dengan ovum dari perempuan. Sel telur akan hidup selama maksimal 48 jam setelah ovulasi, sehingga fertilitas berhasil. Senggama harus didalam waktu lima hari disekitar ovulasi. Pada ovulasi, ovum akan didorong keluar dart folikel de graaf dan kemudian ditangkap oleh fembria. Kemudian spermatozoa bertemu dengan ovum didekat ujung tuba yang memiliki fimbria-fimbria dan hanya satu yang dapat membuahi ovum dengan membenamkan kepalanya lewat dinding ovum. Kedua sel tersebut menyatu dan membentuk satu set tunggal. Set tunggal ini merupakan individu yang baru dan unik karena mampu berkembang menjadi  bayi dengan jenis kelamin serta karakteristik yang sudah ditentukan, selain membentuk plasenta serta selaput ketuban (Manuaba, 1999).

         2.       Penilaian Individu Terhadap Aborsi
                   a.      Penilaian
       Penilaian mengacu pada apa atau sesuatu yang oleh manusia dan masyarakat yang dipandang sebagai paling berbahaya. Dengan perkataan lain, menilai itu berasal dari pandangan hidup suatu masyarakat. Pandangan hidup itu berasal dari sikap manusia terhadap Tuhan, terhadap alam semesta, dan terhadap sesamanya. Sikap ini dibentuk melalui berbagai pengalaman yang menandai sejarah kehidupan masyarakat yang bersangkutan.
       Perbedaan pandangan hidup dapat menimbulkan perbedaan nilai diantara masyarakat seperti :  masyarakat barat yang mengagung - agungkan individualisme, sedangkan masyarakat timur yaitu terhadap keluarga sebagai pusat kehidupan (Maran, 2000).
         Nilai dan opini (pendapat) sangat erat berkaitan dengan sikap, dalam pemakaian istilah sikap, nilai dan opini dapat disamakan dalam artinya tetapi tidak sama persis dalam maknanya. Penilaian merupakan pernyataan sikap tetapi sikap sangat sempit dalam pengertiannya. Dimana penilaian dapat terbentuk oleh sikap yang disadari tetapi penilaian bersifat situasional dan temporer.
Sehingga hal-hal yang dapat mempengaruhi penilaian individu, antara lain :
                            1.      Faktor Eksternal
a.         Lingkungan
Dalam interaksi sosial, di hubungan saling mempengaruhi diantara individu yang satu dengan individu yang lain, dan dapat mempengaruhi pola perilaku masing-masing individual sebagai anggota masyarakat.
b.         Budaya
Kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap, dimana apabila kebudayaan itu mempunyai sikap kebebasan dalam bergaul maka sangat mungkin untuk mendukung kebebasan dalam bergaul.
c.         Sumber Informasi (media massa : TV, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain)
Media massa mempunyai pengaruh besar tetapi tidaklah sebesar pengaruh lingkungan, dalam pembentukan penilaian dan kepercayaan individu. Adanya informasi yang cukup kuat maka dapat memberikan penilaian individu yang cukup kuat juga / semakin tinggi tingkat pengetahuannya maka semakin baik tingkat pengetahuannya.
d.         Keluarga
Keluarga merupakan salah satu komponen sosial yang terkecil dan juga mempunyai pengaruh pada sikap individu, seperti orang tua yang menjadi figur yang paling berarti bagi anaknya.

                            2.      Faktor Internal
                                      a.       Kepribadian
Merupakan bentuk kepribadian yang menggambarkan apa yang kita alami sehingga individu merupakan orang yang paling tabu mengenai kepribadiannya sendiri, dan orang akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya.
                                     b.      Perkembangan
Meningkatnya angka kehamilan diluar nikah yang berdampak pada terjadinya aborsi adalah semakin banyaknya pornoaksi dan pornografi yang diedarkan sekarang ini dan terjadinya perubahan pola hidup (perubahan nilai kehidupan)
                                      c.       Pengalaman
Pengalaman pribadi merupakan dasar dari pembentukan sikap sehingga dapat meninggalkan kesan yang kuat maupun yang lemah. Apabila pengalaman pribadi yang terjadi dengan melibatkan faktor emosional maka akan dapat lebih mendalam dan lebih lama berbekas pada pengalaman pribadinya. Pengalaman pribadi membentuk pengetahuan seseorang.
                                      d.      Pendidikan
Lembaga pendidikan mempunyai pengaruh dasar dalam pembentukan sikap sehingga pendidikan tidak hanya dapat diperoleh dari lembaga pendidikan saja, tetapi individu harus memperoleh dari lembaga-lembaga yang lain seperti Lembaga Agama yang dapat juga sebagai dasar pembentukan sikap, karena lembaga pendidikan dan agama sangat berpengaruh dalam diri individu (Anwar, 2002).

                   b.      Individu
                            1)      Individu sebagai makhluk biologis
Individu adalah makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang. Sehingga individu Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Terdiri dari susunan sel-sel hidup yang membentuk satu kesatuan yang utuh dan pertumbuhannya sangatdipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : faktor lingkungan, faktor sosial, faktor fisik, faktor fisiologis, faktor psikodinamika dan spiritual.
b)    Mempunyai kebutuhan dasar agar tetap hidup seperti :
·           Kebutuhan dasar manusia menurut Maslow
·           Kebutuhan dasar individu menurut Laird dan Laird, dan
·           Kebutuhan dasar individu menurut Sc Kohn
                            2)      Individu sebagai makhluk psikologis
Individu sebagai makhluk psiko mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a)          Mempunyai struktur kepribadian
b)         Mempunyai daya pikir dan kecerdasan
c)          Mempunyai kebutuhan psikologis agar kepribadian dapat berkembang.
d)         Mempunyai pribadi yang unik (individu tidak sama satu dengan yang lain).
                            3)      Individu sebagai makhluk sosial
Sebagai makhluk sosial, mempunyai ciri sebagai berikut:
a.       Rasa, mencakup suka, duka, cemas. d1l.
b.      Cipta, mencakup kesanggupan badan untuk menggerakkan sesuatu
c.       Karsa, mencakup kehendak dan harapan
Sebagai makhluk sosial, individu juga hidup berkelompok maupun dalam status sebagai makhluk sosial.
                            4)      Individu sebagai makhluk spiritual
Individu sebagai makhluk spiritual mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.      Ciptaan Tuhan dalam bentuk yang sempurna dibanding makhluk ciptaan lainnya.
b.     Memiliki rohani / jiwa yang sempurna
c.      Individu diciptakan sebagai khalifah di muka bumi
d.         Terdiri atas unsur bio-psiko-sosial yang utuh.
                            5)      Individu sebagai makhluk holistik
Sebagai makhluk yang bersifat holistik, individu memiliki hubungan timbal balik yang sangat erat diantara unsur biologik, psikologis dan sosial (Ali, 2001).
Individu mempunyai ciri-ciri umum yang sama, namun mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Tiap orang, individu mempunyai kepribadian yang berbeda dengan yang lain. Untuk mengenal kepribadian scseorang maka seorang psikologi kepribadian sangat membantu karena kepribadian manusia itu beraneka ragam (Notoatmod.jo, 2003).

c.         Aborsi
                            a)      Pengertian aborsi
Abortus provocatus adalah istilah Latin, Abortus provocatus adalah dengan sengaja mengakhiri kehidupan kandungan dalam rahim seorang perempuan hamil (Bertens, 2002).
Abortus provocatus adalah keguguran yang berupa keluarnya embrio atau fetus semata-mata karena terjadi secara alami (spontan), tapi juga karena disengaja atau terjadi karena adanya campur Langan (provokasi) manusia (Ekotama et al, 2001).
Aborsi adalah berhentinya kehamilan sebelum waktunya yang mengakibatkan kematian janin. Apabila kehamilan berakhir sebelum waktunya, namun janin dilahirkan dengan selamat, maka istilahnya adalah kelahiran prematur (Kriswanto, 2001).
Dari segi medis, pengertian aborsi adalah keluarnya hasil konsepsi (pembuahan) sebelum usia kehamilan 20 minggu (lima bulan) dengan berat badan kurang dari 500 gram, dan yang dikeluarkan dari kandungan sebelum usia kehamilan 20 minggu tidak punya harapan hidup. Sedangkan keluarnya hasil konsepsi (pembuahan) setelah usia kehamilan 20 minggu dapat dikatakan sebagai persalinan mengingat janin yang dikeluarkan sudah mempunyai harapan hidup walaupun sangat tipis (Ekotama et al, 2001).
Menurutt Institute For Social, Studies and Action, maret 1991, pengertian aborsi didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya ovum yang telah dibuahi dalam rahim, sebelum usia janin mencapai 20 minggu (WHO, 2000).

b)      Macam-macam atau jenis-jenis abortus menjadi dua bagian  besar, antara lain:
a.         Abortus spontan, yaitu pengguguran kandungan yang terjadi secara alamiah tanpa ada usaha dari luar atau campur tangan manusia. Meliputi : Abortus Natural (pengguguran kandungan secara alamiah) dan Abortus Spontaneous (pengguguran kandungan secara tak sengaja).
b.         Abortus provocatus, yaitu pengguguran kandungan yang disengaja, terjadi karena adanya perbuatan manusia yang berusaha menggugurkap kandungan yang tidak diinginkan, meliputi : abortus provocatus medicinalis (pengguguran kandungan yang dilakukan berdasarkan alasan / pertimbangan medis) dan abortus provocatus criminalis (pengguguran kandungan yang dilakukan dengan sengaja dengan melanggar berbagai ketentuan hukum yang berlaku).

                            c)      Banyaknya remaja melakukan aborsi
Menurut Paulina Makinwa-Adebusoye yang dikutip Paulinus Soge, diperkirakan diseluruh dunia sctiap tahun dilakukan 20 juta abortus provocatus tidak- aman dan mengakibatkan kematian 70 juta wanita clan kebanyakan terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Di Afrika diperkirakan 3,7 juta abortus provocatus tidak aman dilakukan setiap tahun dan mengakibatkan kematian sekitar 35 ribu wanita / remaja.
Menurut PKBI (24 april 1998) di Jakarta – di Indonesia diperkirakan tiap tahun sejuta abortus provocatus dan diperkirakan (menurut Muhammad dan Ahmad) dalam setahun di Indonesia terjadi 16,7 - 22,2 abortus provocatus per 100 kelahiran hidup (Ekotama et al, 2001).
Di Jakarta diperoleh hasil bahwa sekitar 6-20% anak SMU dan mahasiswa di Jakarta pernah melakukan hubungan seks pranikah. Sebanyak 35% dari mahasiswa Kedokteran disebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta sepakat tentang seks pranikah. Dari 405 kehamilan yang tidak direncanakan, 95 persennya dilakukan oleh remaja usia 15-25 tahun. Angka kematian aborsi di Indonesia mencapai 2,5 juta kasus, 1,5 juta diantaranya dilakukan oleh remaja.
Di Bandung menunjukkan 120 persen dari 1000 remaja yang melakukan seks bebas. Diperkirakan 5-7 persennya adalah remaja di pedesaan. Jumlah remaja di Kabupaten Bandung sekitar 765.762. Berarti, bisa diperkirakan jumlah remaja yang melakukan seks bebas sekitar 38-53 ribu. Kemudian, sebanvak 200 remaja putri melakukan seks bebas, setengahnya kedapatan hamil dan 90 persen dari jumlah itu melakukan aborsi.
Di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur juga menunjukkan hasil yang tak jauh berbeda. Survei yang dilakukan oleh lembaga Demografi FEUI dan NFPCB tahun 1999 terhadap 8.084 remaja putra dan putri yang berusia 15-24 tahun di 20 kabupaten di empat provinsi tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 46,2 persen remaja menganggap perempuan tidak akan hamil hanya dengan satu kali melakukan hubungan seksual. Kesalahan persepsi ini lebih banyak diyakini temaja putra ketimbang putri (Kriswanto, 2006).
Sebanyak 51 persen mengira kalau mereka akan tertular HIV hanya bila berhubungan seks dengan pekerja seks komersil (PSK). Dari hasil survei, menunjukkkan bahwa masih banyak remaja yang belum paham tentang masalah seksualitas (Kriswanto, 2006).

                            d)      Sebanyak 60% Aborsi Dilakukan Remaja
Denpasar, sebanyak 60 persen aborsi yang terjadl di Indonesia dilakukan oleh remaja. Angka yang sedemikian tinggi ini bisa menjadi indikasi adanya pembacaan persepsi remaja terhadap masalah seks. Disisi lain pengetahuan remaja tentang masalah seks ternyata belum maju dengan masih banyaknya salah pengertian dan masih dipercayanya beberapa mitos.
Menurut Wimpie, persoalan aborsi remaja di Indonesia itu jika dibandingkan dengan salah satu negara bagian saja di AS, sudah lebih gawat. Tetapi belum mendapat data yang rill untuk pembandingnya.
Di Indonesia ada 2,5 juta aborsi, dimana 1,5 juta diantaranya adalah aborsi yang dilakukan remaja. Kalau aborsi dilakukan seorang istri ada alasannya, seperti : alasan kesehatan / kegagalan program KB. Aborsi dikalangan remaja bisa terjadi karena ada rasa takut pada orang tua dan masyarakat sekelilingnya serta karena peraturan sekolah.

                            e)      Kurang Pengetahuan Seks
Untuk menyeimbangkan ketimpangan antara persepsi dan pengetahuan akan masalah-masalah seksual dan perlunya pendidikan seks, terutama elalui jalur formal sekolah. Dengan pengetahuan seks yang  benar, bisa menurunkan angka aborsi pada rcma.ja (Pangkahila. 2002).
Banyaknya pro kontra tentang upaya memberikan pendidikan seks sangat tidak pas untuk diperdebat. Perdebatan
itu sebaiknya diarahkan pada “cara” memberikan pendidikan seks dan bukan pada saat "pendidikan seks" itu sendiri.
Banyak orang tertentu yang tidak tabu apa-apa tentang pendidikan seks, malah menentang dan mengatakan bahwa pendidikan seks itu bukan budaya kita. Menurut Pangkahila, sebuah pendidikan seks itu bersifat universal, bukan milik sebuah budaya tertentu. Ilmu pada dasarnya dimana-mana sama. Yang hares disesuaikan dengan budaya kita (Indonesia) sebenarnya adalah cara penyampaiannya yang hares dibahas.
Pendidikan seks yang tidak terpenuhi dari jalur formal sekolah, dari keluarga, atau dari dokter akhirnya diambil perannya oleh media massa (Pangkahila, 2002).
Seks akhirnya dijadikan salah satu unsur penarik minat pembaca dan balikan beberapa diantaranya ada media massa yang melulu menjual seks scbagai hiburan disamping ada media massa yang menyajikan masalah seks sebagai pendidikan dan hiburan, atau bahkan semata-mata pendidikan (Saraswati, 2002).

         3.       Masalah Kesehatan Alat Reproduksi Remaja
Bahwa remaja yang sedang atau mencari identitas diri telah sangat mudah menerima informasi dunia luar berkaitan dengan masalah fungsi alas reproduksinya sehingga cenderung menjurus kearah pelaksanaan hubungan seksual yang semakin bebas.
Dalam melakukan hubungan seksual sebagian besar remaja tidak terlindungi dari dua kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu : kehamilan yang tidak dikehendaki dan penyakit hubungan seksual seperti AIDS / F11V. Sehingga banyak yang menyebabkan remaja lebih banyak bergaul di luar rumah disebabkan karena kesibukan kedua orang tua, pendidikan seks remaja merupakan masalah yang tabu, masih belum memadainya kemampuan orang tua dan perubahan sikap maupun moral (Manuaba, 1999).

4.     Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Dengan Penilaian Individu Terhadap Aborsi
                   Penilaian Individu Terhadap Aborsi
Pengetahuan reproduksi remaja adalah suatu konsep yang mengeluh mengenai pemahaman tentang diri dan lingkungan, remaja belajar mengembangkan harga diri yang positif dan mengkomunikasikan pikiran dan permasalahan tentang kesehatan reproduksi, mengambil keputusan secara tepat dalam mengatasi tekanan lingkungan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
Pengetahuan kesehatan reproduksi disini maksudnya adalah menerangkan berbagai aspek dari kesehatan reproduksi yang meliputi pertumbuhan dan perkembangan seksualitas. anatomi dan fisiologi alat reproduksi dan proses terjadinya kehamilan. Sehingga evaluasi terhadap berbagai objek pengetahuan kesehatan reproduksi dapat menentukan arah dan sikap remaja dalam ketepatan mengambil keputusan. Penilaian yang dimaksudkan adalah tanggapan individu terhadap informasi kesehatan reproduksi, hubungan seksual pranikah, dan aborsi.

B.     KERANGKA TEORI
Faktor Eksternal :
a.    Lingkungan
b.    Budaya
c.    Sumber informasi
d.   
Penilaian individu
 
Keluarga
 

Faktor Internal :
a.    Kepribadian
b.    Pengalaman / pengetahuan
c.    Perkembangan
d.    Pendidikan

C.     KERANGKA KONSEP
         Kerangka konsep penelitian
         Variabel Independent                                       Variabel Independent
Penilaian individu
Terhadap
 
Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi Remaja
 
                                        
                                                            


Variabel Pengganggu
Faktor Eksternal
a.         Lingkungan
b.        Budaya
c.         Sumber informasi
d.        Keluarga
Faktor Internal
a.         Kcpribadiaii
b.        Perkembangan
c.         Pendidikan

Keterangan :
: yang diteliti
: tidak ditetiti

D.     HIPOTESIS
       Ada hubungan antara pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan penilaian individu terhadap aborsi.




BAB III
METODE PENELITIAN


A.       Jenis Penelitian
       Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian cross-sectional.

B.       Populasi dan Sampel
1.         Populasi
Populasi penelitian adalah siswi SMA Negeri 15 Semaranh, yang duduk dibangku sekolah kelas II.
2.         Sampel
Sampel penelitian yang digunakan adalah siswi kelas II SMK Negeri 4 Yogyakarta yang berumur 15-18 tahun. Cara pengabilan sampel dengan metode probability sampling yaitu bahwa setiap subjek dalam populasi mempunyai kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel. Sedangkan teknik pengambilan sampel secara simple random sampling (sampling acak) yaitu pemilihan sampel dengan cara menseleksi setiap elemen (diacak). Adapun kriteria inklusi pada sampel penelitian ini adalah
1.         Remaja awal berusia anatara 15-18 tahun.
2.         Remaja aktif engikuti pendidikan pada SMA N 15 Semarang
3.         Hadir pada saat penelitian berlangsung.
         Besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Rumus Nursalam (2003) antara lain :
                   Jika besar populasi < 1000, maka
              N     =    N - 2Z P-Q
                                      d (N-1) + 2•P•Q
26
 
                            =       470•(1,96)2 • 0,5 • 0.5
                            (0,05) (470-1) + (1,96) - 0.5 - 0.5
                            =       71
                            =       71 responden

                   Keterangan
n       :        perkiraan jumlah sampel
N      :        perkiraan jumlah populasi
2       :        nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)
P       :        perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%
Q   :     I –P(100%-P)
D     :      Tingkat kesalahan yang dipilih (α = 0,05) (dikutip dari
              Zaidudin M, 2003).

C.     Lokasi dan Waktu Penelitian
          Penelitian ini direncanakan dilaksanakan di salah satu Sekolah Menengah Umum di Semarang yaitu SMAN 15 Semarang.

D. Variabel
         Macam variabel antara lain :
         a.       Macam-macam variabel
1.         Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
2.         Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penilaian individu (remaja putri) terhadap aborsi.
         b.      Variabel Pengganggu
                   Faktor eksternal dan faktor internal



E.      Definisi Operasional
         a.       Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi
Merupakan kernampuan siswi (remaja putri) dalam memahami dan mengetahui tentang kesehatan reproduksi meliputi pengertian, perkembangan dan pertumbuhan seksualitas pada remaja, anatomi dan fisiologi alat reproduksi pria dan wanita, proses kehamilan, penyakit menular seksual, dan tindakan aborsi. Siswa menjawab kuesioner dengan memilih jawaban antara Benar atau Salah, sedangkan skala yang digunakan pada variabel ini adalah ordinal yaitu pengetahuan baik, cukup, dan kurang.
         b.      Penilaian Individu Terhadap Aborsi
Tanggapan seseorang terhadap kejadian pengguguran janin / bayi yang masih berumur kurang / sebelum usia 20 minggu dengan berat badan kurang dari 500 gram. Responder menjawab kuesioner dengan memilih tidak setuju, setuju dan sangat setuju. Skala yang digunakan pada variabel ini adalah nominal.

F.      Teknik Pengumpulan Data
1.Jenis Data
Jenis data untuk kedua variabel penelitian ini adalah data primer yaitu data yang langsung diambil dari responden data yang diperoleh dengan cara membangikan kuesioner kepada responder; yaitu pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan penilaian individu terhadap aborsi. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sekolah berupa jumlah siswa dan jumlah kelas II di Semarang yaitu SMAN 15 Semarang.
2.Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dari responden adalah sebagai berikut:
a.    Data variabel tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.
Subjek penelitian diberi kuesioner yang berisi 30 butir pertanyaan tertutup dengan menjawab pilihan antara Benar atau Salah. Berfpp‑





























DAFTAR PUSTAKA


-      Bertens. K, 2002, Aborsi Sebagai -Masalah Etika, Jakarta Gramedia Widia Sarana Indonesia.
-          Ekotama, et al, 2001, Abortus Provocatus Bagi Korban Perkosaan. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.
-          DepKes RI, 2002, Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta.
-          Soge Paulinus, 1999, Hasil Penelitian Aborsi DIY, Yogyakarta.
-          Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : RINEKA CIPTA.
-          Ali, Zaidin, 2001, Dasar-dasar Keperawatan Profesional, Jakarta Widya Medika.
-          Manuaba, 1999, Alcinahaini Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta Arcan.
-          Muliani, 2002, Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pcningkatan Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas, Skripsi (tidak diterbitkan), Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
-          Manuaba, I.B.G.Prof.Dr.SpOG, 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta : Arcan.
-          Sunaryo.Drs.M.Kes, 2004, Psikologi Untuk Keperawatan, Jakarta EGC.
-          Maram.R.R, 2000, Manusia dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar, Jakarta : Rineka Cipta.
-         Modul Praktikum. 2005, Obstetry Gynekologi, Yogyakarta. Syaifuddin, 1997, Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Jakarta EGC.
-        Farrer Helen, 1999, Perawatan Maternitus, Edisi 2, Jakarta : EGC.
-        Riwidikdo, Handoko, 2006, Statistik Kesehatan, Yogyakarta Mitra Cendikia Press.
-        Nursalam, 2003, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan , Edisi Pertaffia, Jakarta : Salemba Medika.

0 comments :

Post a Comment

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Copyright © 2012. PRUDENTIAL SEMARANG - All Rights Reserved B-Seo Versi 5 by Blog Bamz